Lihat ke Halaman Asli

OPM on Internet: Upaya Pemisahan Papua dari Indonesia Melalui Dunia Maya

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

142061271789477441

[caption id="attachment_389113" align="aligncenter" width="537" caption="Internet berpotensi merubah cara pandang terhadap suatu masalah, ilustrasi (sumber : http://stationsixunderground.blogspot.com)"][/caption]

“The Power Of Internet” kata teman saya ketika menjelaskan makalahnya dalam sebuah FGD (Focus Group Discussion) kemarin. Ia menjelaskan bagaimana internet berperan aktif dalam penyebaran informasi dan nilai-nilai baru dalam masyarakat. Internet memang memiliki kekuatan yang luar biasa saat ini, masih teringat ketika pertengahan tahun lalu, ada fenomena ice bucket challenge yang begitu massif tersebar di internet, bahkan orang-orang yang tidak mengerti makna sebenarnya dari ice bucket challenge ikut ambil bagian. Walaupun begitu, ice bucket challenge sukses tersebar di seluruh dunia dengan bantuan internet, masyarakat dunia menjadi lebih mengerti dan perhatian terhadap penyakit sclerosis lateral amyotrophic (ALS).

Dengan kemampuan internet tersebut, kita melihat bagaimana informasi dapat tersebar secara efektif dan efisien tanpa mengenal batas negara dengan biaya yang tidak mahal, tidak hanya informasi mengenai kemanusiaan seperti halnya fenomena ice bucket challenge tetapi juga informasi lainnya termasuk informasi yang bersifat politis. Oleh sebab itu, berbagai aktor non negara menggunakan internet untuk kepentingan organisasinya, termasuk organisasi-organisasi separatis.

Organisasi Papua Merdeka (OPM), salah satu organisasi separatis di Indonesia juga menggunakan internet untuk kepentingan organisasinya. Secara garis besar, OPM menggunakan internet paling tidak untuk 2 hal, Pertama, menyebarkan informasi terkait konflik Papua kepada dunia internasional, agar dunia internasional bersimpati terhadap aktivitas OPM. Karena kepentingannya adalah untuk menarik simpati dunia internasional terhadap kegiatan mereka, maka informasi yang disebarkan tentu informasi yang menguntungkan OPM. Kedua, menyebarkan informasi kepada rakyat Papua mengenai kegiatan aktivis OPM di luar negeri untuk mendapatkan simpati dan dukungan rakyat Papua terhadap OPM. Karena kepentingannya adalah mendapatkan simpati dan dukungan rakyat Papua maka informasi mengenai aktivitas yang dilaksanakan selalu dibahasakan sebagai “keberhasilan”. Beberapa bentuk penyebaran informasi yang dilakukan aktivis OPM di internet adalah sebagai berikut:

Pertama, meniadakan keberadaan dan aktivitas kelompok-kelompok bersenjata OPM untuk mendapat simpati dunia internasional. Bila membicarakan mengenai konflik Papua, maka sudah seharusnya pembicaraan mengenai kelompok-kelompok bersenjata OPM ini juga hadir, karena mereka adalah salah satu aktor utama konflik Papua. Tetapi aktivitas dan keberadaan OPM kelompok bersenjata ini tidak pernah diinformasikan oleh OPM kelompok politik yang menggunakan internet dalam menyebarkan informasi terkait konflik Papua kepada dunia internasional. Kenapa? Karena bila menginformasikan tentang aktivitas dan keberadaan kelompok-kelompok bersenjata OPM yang kerap menggunakan kekerasan bahkan pembunuhan dalam aktivitasnya, maka usaha untuk mendapatkan simpati dunia internasional akan menemui jalan buntu. Oleh sebab itu, walaupun beberapa pemimpin kelompok bersenjata OPM, seperti Puron dan Mathias Wenda, menyuarakan dukungan kepada Benny Wenda, seorang aktivis OPM di luar negeri, dukungan tersebut tidak akan pernah berbalas.

Kedua, melebih-lebihkan informasi aktivitas OPM di luar negeri untuk mendapat simpati dan dukungan rakyat Papua di Papua. Hal ini sangat terlihat ketika mayoritas aktivis OPM membicarakan dan membanggakan mengenai masuknya Benny Wenda menjadi nominator peraih Nobel Perdamaian 2014. Benny Wenda dinominasikan bersama 237 nominator lainnya, terbanyak dibandingkan nominator peraih nobel lainnya. Benny Wenda sendiri dinominasikan oleh Moana Carcasses Kalosil (anggota parlemen Vanuatu), Ralph Regenvanu (anggota parlemen Vanuatu), Catherine Delahunty (anggota parlemen New Zealand) dan Reverend John Pritchard. Keempatnya merupakan pendukung lingkar dalam Benny Wenda yang tergabung dalam IPWP (International Parliament Of West Papua). Jadi Benny Wenda dinominasikan oleh pendukungnya sendiri, oleh karena itu dinominasikannya Benny Wenda sebagai peraih Nobel Perdamaian 2014 tidak serta merta mensejajarkan Benny Wenda dengan nominator peraih Nobel Perdamaian lainnya seperti Malala Yousafzai atau Pope Francis.

Salah satu tujuan penyebaran informasi mengenai konflik di Papua melalui internet oleh aktivis OPM adalah untuk menarik perhatian dan dukungan terhadap OPM dan kegiatan-kegiatannya. Bila informasi yang dibagikan dan disebarkan hanyalah informasi yang menguntungkan bagi organisasinya hal itu adalah hal yang biasa dan maklum adanya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pemerintah Indonesia menyikapi hal tersebut. Selama ini informasi mengenai Papua di luar negeri banyak yang hanya bersumber dari aktivis OPM, otomatis hal-hal yang diketahui luar negeri terhadap Papua hanyalah informasi dari pihak OPM saja tanpa ada keberimbangan informasi dari pihak pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah Papua. Maka tidak heran bila aktivis OPM bisa mendapat dukungan, walaupun hanya sedikit, dari beberapa anggota parlemen dari luar negeri. Tetapi, selama pemerintah Indonesia dan pemerintah Papua diam saja, maka dukungan luar negeri terhadap OPM akan semakin meningkat, dan otomatis kemungkinan dialog damai Papua yang ingin dirancang oleh Jokowi dan kabinetnya untuk menyelesaikan masalah Papua akan sangat terhambat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline