Lihat ke Halaman Asli

Romeyn Perdana Putra

Keterangan Profil

Pasang Surut SIJORI (Sebuah Catatan Pinggir Hari Nusantara)

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 1996, dikala pemerintahan Soeharto "masih jaya-jayanya". Tersebutlah kawasan SIJORI (SINGAPUR-JOHOR-RIAU). Waktu itu Malaysia masih dipimpin oleh Mahathir dan Singapura Oleh Lee Kwan Yeuw (PM-PMnya). Dalam segi militer, kharisma dan Daya Saing....Soeharto masih bisa senyum-senyum kepada para kamerad-kameradnya Sesama Macan Asia. Gak ada yang berani utak-atik itu Ambalat, sipadan ligitan (sejak tahun 1979-ga diusik oleh Malaysia), dan banyak contoh lainnya. SIJORI pun menjadi proyek pengembangan Pariwisata waktu itu. Soalnya pada tahun itu Riau, yang diwakili Pulau Batam (sebelum menjadi KEPRI) menyedot banyak sekali wisatawan mancanegara dari Johor dan Singapur. Apek-apek keturunan China sangat menikmati makanan murah, kawasan bebas pajak, minuman keras yang murmer, serta variasi hiburan malam yang penuh pilihan ("lontong" disini terkenal dengan arti lain). Sampai pilihan yang termahal-pun terkadang menjadi murah saat itu di kawasan Riau.

Yang jelas hubungan Singapur, Johor dan Riau menjadi surga enclave tourism bagi wisatawan kategori "value for money". Wisatawan Korean, Taiwan dan sebagian Asia Timur sangat menyukai perjalanan lintas negara mereka saat itu pada era-era 1990-an.

UMNO sedang berperang melawan gerogotan partai-partai kecil yang langsung melejit gara-gara membawa angin segar. Menjelang turunnya Soeharto, memang banyak teori / spekulasi akan keterlibatan intelijen asing atas lengser keprabon-nya rezim soeharto. Tapi jelas ini membawa angin segar bagi partai dominan Malaysia. Mereka tidak segan lagi pada kita, karena momennya memang pas buat mereka untuk mengembalikan kebesaran partai berkuasa disana. Saya tak perlu menjelaskan partai berkuasa disana itu apa...yang pasti "kepentingan bersama" mereka masih dapat dipertahankan.

Teori klasik "tiada teman yang abadi, yang ada 'kepentingan' abadi" memang menjadi perangkat simbolik yang menghadirkan konsensus bersama rakyat Malaysia untuk terus mempertahankan sistem demokrasi ala mereka . Tidak memerlukan doktrin atau pembakaran semangat bela negara yang berlebihan untuk mereka setelah jatuhnya Indonesia dalam multi-krisis.

Kepentingan untuk menjatuhkan mental Indonesia, Menertawakan, Menghina dan terus melecehkan tetangga adalah proses panjang mereka untuk terus menciptakan "suasana kebatinan" bahwa mereka masih memiliki musuh bersama yang harus diwaspadai. Gak beda jauhlah dengan Indonesia masa ORBA. Tokh kita tak henti-hentinya menghujat komunis bagi musuh-musuh negara (baca: pemerintah ORBA). Penciptaan musuh bersama untuk menghadirkan "suasana kebatinan" bahwa negara membutuhkan patriot-patriot Malaysia untuk maju melawan semua perubahan.

Memang sudah banyak yang menulis prediksi kondisi Politik Malaysia dimasa depan ( om pray), terus headline soal UMNO....wah kalo saya siyh cuma mengingatkan saja. Palapa pernah menyatukan Nusantara dengan Sumpah Palapa. Ir Djuanda Kertarejasa mempersatukan wilayah laut dan daratan dalam satu kesatuan wilayah wawasan nusantara, dengan Deklarasi Djuanda-nya...bukan suatu yang tidak mungkin bila ke depan bangsa ini kembali mampu meninggikan harkat, martabat dan kedaulatannya dalam bentuk Palapa -Djuanda lainnya.

Selamat Hari Nusantara yang ke 13. Dimana kita bisa menjadi bangsa yang besar karena kita berproses untuk menjadi besar dalam perubahan-perubahan besar yang harus dilaluinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline