OPINI |
Pernahkah anda menjumpai seseorang yang memiliki kepribadian unik? Ia gemar sekali menyendiri, betah berlama-lama duduk membaca buku, berdiam diri di suatu ruangan, merasa nyaman terhadap dirinya sendiri dan sangat sulit diajak pergi ke tempat keramaian. Bila iya, besar kemungkinan anda berhadapan dengan seorang introvert, yang memiliki kepribadian tertutup dan sangat alergi dengan keramaian.
Jika seorang introvert itu adalah seorang wanita, bagaimana cara anda menghadapinya atau berkomunikasi dengannya? Teman wanita saya seorang introvert sejati. Sebutlah namanya Tita. Usia Tita sudah 40 tahun lebih. Ia masih lajang, gemar menyendiri, selalu canggung berada dalam keramaian dan paling anti bila diajak pergi ke suatu tempat di mana banyak orang berkumpul.
Contohnya, saat saya mengajaknya pergi nonton atau makan bersama teman-teman yang lain, Tita selalu menolak. Setiap harinya Tita hanya rutin dengan aktivitasnya yang itu-itu saja. Berangkat ke kantor dan pulang kerja selalu tepat waktu. Di luar jam itu akan sangat sulit mengajaknya pergi karena dipastikan ia akan menolak dengan alasan takut pulang kemalaman.
Dulu saya pernah mengajaknya kuliah bareng saya, namun Tita menolak. Lagi-lagi ia beralasan kuliah malam pastinya pulang malam. Ia sangat takut berada di luar rumah saat malam hari. Ia sangat khawatir terjadi tindak kriminal dan kekhawatiran lainnya yang masih saya bisa maklumi.
Sekian tahun bergaul dengan Tita saya belum pernah sekalipun diajak bertandang ke rumahnya. Pernah saya bilang ingin sekali main ke rumahnya, namun Tita langsung menolak. Alasannya, ia malu karena rumahnya kecil dan lingkungannya kumuh dan tak sehat. So what gitu? Apa dikira saya mau menilai lokasi tempat tinggalnya? Toh sebagai teman, saya hanya ingin tahu di mana dan dengan siapa ia tinggal.
Saat saya berada di satu ruangan dengan Tita, saya pikir Tita akan diam saja. Ternyata ia bisa juga curhat dan banyak bercerita tentang dirinya. Tita pernah minta kepada saya agar dikenalkan dengan teman pria saya mengingat usia Tita tak lagi muda. Ia ingin sekali menikah dan memiliki keluarga kecil seperti halnya wanita lain.
Saya dan teman-teman seringkali menjadi comblang buat Tita. Saat Tita diperkenalkan dengan seorang pria lajang yang sudah berumur, Tita menolak. Alasannya pria itu bukan tipe-nya. Sosok teman pria saya itu memang kurang menarik. Bodynya agak tambun, rambutnya sedikit dan kulitnya gelap. Namun secara perilaku, teman saya ini orang yang sangat baik, santun dan memiliki pekerjaan mapan. Tetap saja Tita tak tertarik untuk mengenalnya lebih dekat. Akhirnya kami gagal mencomblangi mereka.
Tita mengeluh, mengapa dia dikenalkan dengan pria seperti itu. Bayangan Tita selama ini tentang pria pujaannya adalah pria itu seperti Jerry Yan (Tao Ming Tse). Masih ingat khan dengan artis Meteor Garden itu? Nah, Tita sangat tergila-gila pada sosok Jerry Yan itu. Hari gini masih mimpi punya pasangan seperti Jerry Yan? Please deh Tita!
Saya seringkali memberi masukan kepada Tita agar mau sedikit saja membuka diri dalam berteman. Nampaknya Tita tetaplah Tita. Ia tetap pada prinsipnya yang selalu menutup diri. Jujur saya iba melihat keadaan Tita. Di usianya yang tak lagi muda, ia harus menghabiskan waktunya sendiri. Saat malam Minggu hanya mengurung diri di kamar, menonton TV atau mendengarkan musik.
Sebisa mungkin saya ingin membantu mencarikan pasangan hidup untuk Tita. Kejadian lalu tak menyurutkan niat saya untuk kembali mengenalkan teman pria saya yang lainnya. Sekali lagi seorang teman pria saya berusaha mendekati Tita. Sebutlah namanya Dewo. Dewo seorang duda. Ia memiliki 2 dari perkawinannya yang kandas. Sosok Dewo bolehlah dapat nilai 8. Body oke, wajah manis, kendaraan ada dan pekerjaan lumayan menjanjikan.
Saya masih ingat kejadian lucu pertemuan Dewo dan Tita. Saat mereka janjian bertemu sempat terjadi mis-komunikasi. Tita mengatakan akan menunggu Dewo di Pasaraya. Asumsi Dewo adalah Pasaraya Blok M. Tita bolak balik menelpon Dewo. Sudah 2 jam menunggu namun Dewo tak menunjukan batang hidungnya.
Dewo yang masih terengah-engah mencari Tita sempat tersinggung dengan perkataan Tita. Dewo mengatakan ia susah payah mencari Tita namun Tita malah tak sabaran dan marah-marah. Ternyata Tita menunggu Dewo di Pasaraya Manggarai! Alamak…!! Pantas saja tidak ketemu. Tita Tita… bagaimana mungkin janjian dengan cowok bisa salah lokasi begitu?
Pasca pertemuan mereka, awalnya hubungan Tita dan Dewo masih dalam taraf penjajakan. Mereka masih sering berkirim SMS atau chatting via Facebook. Namun Dewo rupanya tak bisa meneruskan niatnya melanjutkan pertemanan dengan Tita. Entah apa permasalahannya, yang pasti hubungan mereka akhirnya tak berlangsung lama. Bisa jadi kendalanya adalah sifat Tita yang introvert itu.
Tinggallah Tita dengan segala keluh kesahnya kembali kepada saya. Ia tak mengerti mengapa setiap kali memulai hubungan selalu tak berakhir manis. Ada-ada saja kejadian atau masalah yang membuat calon pendampingnya mundur teratur. Kasihan Tita.
Apapun yang terjadi dengan Tita dan segala problematikanya, Tita tetaplah seorang teman yang baik. Sekalipun saya tak henti-hentinya mengingatkannya agar mau sedikit saja merubah perilakunya yang cenderung tertutup, tak percaya diri, mudah tersinggung, dan sangat sensitif.
Bukan bermaksud menilai seorang introvert itu buruk atau seorang ektrovert itu lebih baik. Seorang ekstrovert biasanya identik dengan berhati besar, bersemangat, hangat, dan penuh empati. Sebaliknya, seorang introvert seringkali digambarkan sebagai orang yang sulit bergaul, pemalu, kaku, penyendiri, pendiam, dan pelamun.
Seorang introvert tidak pandai berkomunikasi, sehingga potensi yang dimilikinya tidak terlihat segera. Namun seorang introvert bisa terbuka dan lepas bercerita ketika ia menemukan seseorang yang cocok dan membuatnya nyaman. Mereka cenderung berpikir sebelum berbicara, sedangkan seorang ekstrovert berpikir ketika berbicara.
Bila di sekitar anda terdapat orang-orang seperti Tita, rangkullah mereka. Ajak mereka untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar agar pikiran dan wawasan mereka terbuka akan banyak hal. Demikian pula soal jodoh. Seorang introvert tentunya akan kesulitan menemukan pasangan yang ia dambakan mengingat ia begitu sulit bergaul dengan orang-orang yang tak membuatnya nyaman.
Alangkah baiknya jika kita mengingatkan bahwa introvert bukanlah sebuah pilihan, bukan pula gaya hidup, akan tetapi itu sebuah orientasi. Saat anda menemukan seorang introvert kehilangan kata-katanya, janganlah berkata “Hei, ada apa?” atau “Apa kamu baik-baik saja?” Karena hal itu akan membuat seorang introvert merasa tidak nyaman, sedih dan kehilangan semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H