Lihat ke Halaman Asli

Anda Anak Gaul? Masih Ingat Kata Bokin?

Diperbarui: 16 November 2021   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Slang word atau sering dikenal dengan bahasa gaul adalah bahasa yang sering digunakan untuk berkomunikasi dengan lawan bicara, terutama di kalangan remaja pada saat ini. 

Bagi anak muda, menggunakan bahasa gaul merupakan hal yang kekinian terlebih lagi untuk ngobrol santai dengan teman sebaya karena menggunakan bahasa Indonesia dirasa terlalu formal bagi mereka. Oleh karena itu kita perlu memahami ragam bahasa gaul yang biasa digunakan anak muda zaman sekarang.

Namun tahukah kalian bahwa setiap generasi memang mempunyai bahasa gaulnya sendiri? Nah mulai dari era 1970an bahasa gaul atau slang Indonesia disebut dengan bahasa prokem. 

Bahasa prokem sendiri mulanya digunakan para preman untuk berkomunikasi secara rahasia. Dibikin jadi kosa kata yang tidak lazim supaya kalimat mereka gak diketahui orang lain. Contohnya yakni bokap (bapak) nyokap (ibu) bokis (bohong) dan bokin (pacar). Istilah-istilah yang mungkin terdengar cukup familiar di telinga anak zaman sekarang ini ternyata telah hadir sejak tahun 1970 an.

Pada era 1980 an bahasa gaul seperti gokil (gila), bokek (gak punya duit), dan doku (duit) muncul lewat film. Era Warkop DKI dan Catatan si Boy bisa dibilang sebagai bentuk penyebaran bahasa gaul di tahun 1980an.

Kemudian di era 1990 an muncullah sepotong kata yang cukup populer hingga saat ini seperti, dong, yaw, nih, ye, lah, dll. Generasi tahun 90an tidak terlalu menciptakan kosakata baru seperti generasi sebelumnya.

Tahun 2000an, bahasa binan atau bahasa waria yang dipopulerkan oleh artis Deby Sahertian menjadi tren bahasa yang digunakan oleh para remaja di era tersebut. Kata-kata seperti cus (ayo), rempong (repot), akika (aku) lekong (laki), segambreng (banyak), lebay (berlebihan) jomblo (gak punya pasangan), dan masih banyak lagi lahir pada era 2000an.

Era 2010 an adalah era dengan penggunaan bahasa alay yang terbentuk untuk mempersingkat SMS misalnya setuju menjadi s7, tempat menjadi t4, boleh menjadi leh, dan juga menjadi uga. Bahasa alay makin berkembang ke cadelisme, misalnya sayang menjadi cayank, selalu menjadi celalu, forever menjadi polepel, serius menjadi ciyus dll.


Beberapa tahun setelahnya, anak muda telah bermain media sosial. Dari sinilah muncul bahasa gaul baru yang menjadi tren seperti, mager (males gerak), baper (bawa perasaan), gabut (gaji buta/bosan), bucin (budak cinta), hoax (berita bohong), galau (sedih) kicep (diam/takut), pansos (panjat sosial) dan banyak lagi.

Berbicara menggunakan bahasa gaul memang lebih terdengar akrab dan ekinian. Namun, jangan sampai kita melupakan bahasa Indonesia yang baku dan menempatkan diri dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline