Beberapa waktu yang lalu, saya membaca buku berjudul Fixing the Game tulisan Roger L. Martin. Di salah satu bagiannya, beliau membahas skandal tylenol yang pernah menimpa perusahaan Johnson & Johnson. Skandal ini bermula dari seseorang yang berniat jahat, menaruh sianida pada tylebol yang dijual di apotik-apotik di area Chicago. Saat itu, tylenol bagi JnJ menghasilkan 20% dari total keuntungan, dan menarik produk ini dari peredaran bukan saja akan berdampak pada keuntungan, tetapi juga berpengaruh terhadap market share. Tetapi itulah yang dilakukan JnJ, meskipun dihadapkan dengan berbagai kemungkinan buruk, CEO James Burke memerintahkan untuk menghentikan produksi dan promosi tylenol, mengirimkan surat peringatan kepada rumah sakit dan menarik tylenol dari peredaran. Kemudian JnJ mengembangkan kemasan baru yang lebih aman, inovasi yang kemudian menjadi standar di industri.
Tindakan ini bukan semata-mata karena CEO Burke adalah seorang suci, tetapi beliau bertindak berdasarkan tujuan yang dipegang perusahannya. Visi JnJ, yang dilihat Burke setiap kali ia melewati lobi kantornya, adalah faktor pendorong beliau untuk mengambil keputusan berat tersebut. Visi perusahaan tersebut tertuang dalam Credo JnJ, yang saat ini dapat kita lihat secara publik di website resmi Johnson & Johnson. Saya mencoba membuat terjemahan credo tersebut dalam bahasa Indonesia:
Kami percaya bahwa tanggung jawab utama kami adalah kepada para pasien, dokter dan perawat, ayah dan ibu, dan kepada semua yang menggunakan produk dan layanan kami. Dalam memenuhi kebutuhan mereka, semua yang kami lakukan harus berkualitas tinggi. Kami harus selalu bertekad untuk memberikan nilai tambah, mengurangi beban usaha kami dan mempertahankan harga yang masuk akal. Permintaan pelanggan harus disediakan secara tepat dan akurat. Rekan bisnis kamu harus memiliki kesempatan untuk menghasilkan keuntungan yang adil.
Kami bertanggung jawab kepada karyawan-karyawan kami yang bekerja di seluruh penjuru dunia. Kami harus menyediakan lingkungan kerja yang inklusif, di mana setiap orang diperlakukan selayaknya. Kami harus menghormati perbedaan dan harga diri serta mempertimbangkan kelayakan mereka. Merka harus memiliki rasa aman, kepuasan dan tujuan dalam pekerjaan mereka. Kompensasi harus adil dan cukup dan kondisi kerja harus bersih, teratur, dan aman. Kami harus mendukung kesehatan dan kesejahteraan karyawan kami dan membantu mereka memenuhi tanggung jawab kepada keluarga dan dirinya sendiri. Karyawan harus merasa dapat menyarakan saran dan keluhan. Harus ada kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan, pengembangan diri, dan kesempatan untuk maju bagi mereka yang pantas. Kami harus menyediakan pemimpin yang berkualitas dan setiap tindakan mereka harus adil dan etis.
Kami bertanggung jawab kepada komunitas di mana kami hidup dan bekerja, juga kepada komunitas dunia. Kami harus membantu masyarakan menjadi lebih sehat dengan cara mendukung akses dan layanan yang lebih baik di seluruh dunia. Kami harus menjadi warga yang baik - mendukung pekerjaan yang baik dan amal, kesehatan yang lebih baik dan pendidikan, dan membayar pajak secara semestinya. Kami harus menjaga properti yang kami dapat gunakan, melindungi lingkungan dan alam.
Tanggung jawab terakhir kami adalah kepada para pemegang saham. Bisnis harus menciptakan keuntungan yang wajar. Kami harus bereksperimen dengan ide baru. Penelitian harus dilanjutkan, program-program inovatif harus dikembangkan, investasi harus dibuat untuk masa depan, dan kesalahan harus ditebus. Alat-alat baru harus dibeli, fasilitas baru harus disediakan, dan produk baru harus diluncurkan. Cadangan dana harus diciptakan untuk waktu-waktu tidak terduga. Saat kami beroperasi sesuai prinsip-prinsip ini, para pemegang saham akan menerima imbal hasil yang pantas.
Kita dapat melihat secara jelas prioritas JnJ di sini: pertama adalah customer, kedua karyawan, ketiga komunitas, dan terakhir investornya. Imbal hasil untuk investor di sini jelas bukanlah prioritas JnJ, melainkan sebagai hasil menjalankan bisnis sesuai kaidahnya. Meskipun begitu, kita dapat melihat sudah hampir 100 kali nilainya dibandingkan pertama kali JnJ melakukan IPO pada tahun 1980.
Mark Spitznagel, salah satu founder Universa Capital, perusahaan hedgefund yang baru-baru ini menghasilkan return hampir 4000% di tengah krisis akibat COVID-19, pernah membahas fenomena ini dalam bukunya The Dao of Capital. Dalam pertempuran ataupun usaha mencapai suatu tujuan, terkadang mengambil jalan yang "memutar" justru lebih efektif dibandingkan mengambil jalan langsung. Dalam kasus JnJ, dengan tidak menjadikan investor sebagai prioritas utama mereka, JnJ justru dapat memberikan value tinggi kepada investornya dalam jangka panjang.
Sebagai seorang investor, mindset inilah yang seharusnya kita pegang. Dibandingkan mencari perusahaan dengan imbal hasil tertinggi, ada baiknya kita mencari perusahaan yang mengedepankan pelanggan dan keberlanjutan bisnisnya dibandingkan memberikan hasil sebesar-besarnya kepada investor.
Lalu perhatikan juga kalimat kedua terakhir pada credo JnJ di atas: Cadangan dana harus diciptakan untuk waktu-waktu tidak terduga. Kita juga sebagai investor perlu memperhatikan apakah imbal hasil tinggi yang diberikan perusahaan kepada kita menyimpan risiko tinggi yang tersembunyi. Tentunya kita mengetahui bahwa sebagian imbal hasil yang diberikan kepada investor datang dari keuntungan perusahaan. Kita perlu bertanya dengan kritis apakah baik bagi perusahaan untuk memberikan sebagian besar keuntungannya?
Saat ini, dengan COVID-19 mengancam ekonomi dunia, tata kelola perusahaan yang baik akan menunjukkan hasilnya. Di luar negeri seperti US dan UK, sudah banyak perusahaan yang terancam bankrut dan harus mengharapkan bailout pemerintahnya. Sementara ada juga perusahaan seperti Apple yang dengan konvensional menyimpan hasil keuntungannya selama bertahun-tahun sehingga saat ini memiliki dana cadangan yang kuat. Lebih baik kita menikmati imbal hasil wajar yang berkelanjutan dibandingkan imbal hasil tinggi yang bisa berhenti kapan saja.