Lihat ke Halaman Asli

Evelyn Sutedjo

ibu rumah tangga

Anak Siapa?

Diperbarui: 1 Juli 2016   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara ponsel yang terdengar saat Lina hendak membaringkan diri cukup mengusiknya, sehingga dia beranjak mengambilnya dari meja.  Ternyata salah satu sahabat mengirimkan gambar ini lewat WhatsApp.  Seperti biasa, langsung dia tutup dan kembali diletakkan ponselnya. Ech tunggu dulu .. ada sesuatu yang  mengusiknya. Diambilnya ponsel itu lagi dan diperhatikan lebih seksama kata yang tertulis.

Wow.. dia menemukan makna baru dari peristiwa itu.

Kata  ‘anak siapa’ segera terbersit di pikirannya. Dan langsung terpampang  di depan mata, satu bagian Ucapan Bahagia ajaran Yesus saat di Bukit. ‘Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah’(Matius 5:9).

Sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau, status ‘anak siapa’ yang disandang seseorang, ternyata mempunyai pengaruh yang besar pada sudut pandang orang  dan sikap kebanyakan orang kepadanya.

Contoh,  dulunya si ‘A’ bukan orang yang dikenal publik, namun karena suatu tindakan baik yang dia lakukan yang terangkat oleh media, si ‘A’ ini kemudian jadi terkenal.  Atau karena kecakapan dan keahliannya si ‘A’ kemudian diangkat dan dipilih jadi orang penting. Yang kemudian karena ‘terkenal’ maka publik jadi ingin tahu tentang asal usul dan keluarganya. ‘Anak si A’ yang dulunya kalau pergi tidak ada yang mengusik, sekarang karena dia adalah  ‘Anak si A yang sudah terkenal’ , kemana dia pergi, ada saja yang membuntuti, mau tahu tindak tanduknya. 

Tentu saja dalam menyikapi perubahan inipun, si Anak bisa mempunyai sikap yang berbeda. Bisa jadi Anak merasa terganggu atau Anak merasa bangga.

Contoh diatas adalah Anak Siapa ditinjau dari sisi status, jabatan  atau tindakan dari Orang tuanya.

Hal yang sama juga akan dipertanyakan oleh Orang, jika si Anak melakukan hal baik ataupun hal buruk. ‘Anak Siapa’ dia ?  Kalau si Ayah atau si Ibu baik dan si Anak baik, maka dianggap wajar. Karena ‘buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya’, kata pepatah. Namun kalau tindakan si Anak dianggap tidak patut, maka predikat ‘Anak Siapa’ secara otomatis mencoreng si Ayah dan si Ibu.

Setiap orang mendambakan Kebahagiaan. Menjadi  ‘Orang yang membawa Damai’ salah satu kuncinya.

Bahkan sebutan ‘anak Allah’ diberikan padanya. Maka sudah sepatutnya tindakan, sikap dan tutur katanya tidak memalukan Allah.

‘Ada apa?’ tanya Nunung. Suara itu  menyadarkan Lina dari lamunannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline