Lihat ke Halaman Asli

evaseba

Penulis

Kukuku

Diperbarui: 29 Juni 2024   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-ai-image/photorealistic-view-owl-bird-night

Aku menemukannya lagi. Bekas goresan di punggung telapak kakiku. Jelas kutemukan karena rasa perihnya menjalar saat terkena guyuran air segar nan dingin. Rasa perihnya sampai membuat bahuku terangkat.

Awalnya aku berpikir bahwa ini adalah luka biasa. Luka yang disebabkan karena diriku sendiri. Penyakit orang tidur. Setiap malam aku mengira bahwa kuku panjangku menggaruk sendiri tanpa sadar. Akan tetapi setelah kuperhatikan, bekas goresan sebelumnya agak lebar dan mengering seiring berjalannya waktu. Dari ukurannya jelas bukan aku pelakunya.

Entah siapa. Aku tidak berani berasumsi aneh-aneh. Terlebih lagi, aku sekarang berada di desa orang. Bukan tempatku sendiri. Aku sendiri juga tidak berani memberitahukan hal ini kepada temanku. Aku takut mereka menyebutku halu atau parahnya mereka yang akan histeris.

Sebenarnya KKN adalah kegiatan yang sangat kunantikan. Aku menantikan kisahku dengan genre romantis atau komedi romantis di kegiatan ini. Setelah melihat kakakku yang menikah dengan teman KKN-nya, aku pun ingin merasakannya. Bagaimana rasanya cinlok? Bagaimana rasanya menaruh hati pada orang yang baru kukenal? Itu adalah hal-hal yang kunantikan saat KKN.

Aku berdebar-debar setiap kali berganti semester. Bahkan, aku sampai mencari informasi mengenai para cowok yang berada dalam satu tim KKN denganku. Tentu saja hal ini kulakukan untuk melihat siapa yang sekiranya cocok dalam kisah romantisku.

Sedihnya adalah mereka termasuk cowok dengan wajah standar. Tentu hal ini sangat berdampak kepada rasa antusiasku. Akhirnya aku pun mengincar hal lain. Nilai. Aku banting setir ke arah lain untuk menyibukkan diriku dengan kegiatan dan merelakan kisah romantisku.

Namun, apa yang kini aku dapatkan? Kisah horor? Kisah mengerikan? Sesuatu yang bahkan membuat bulu kudukku meremang tanpa kuperintah. Aku benar-benar tidak pernah mengharapkannya.

"Del, kaki kamu kenapa lagi?" tanya Sisil, yang masih satu jurusan denganku.

"Kegaruk kayaknya." Aku menjawab asal. Sebenarnya aku ingin tidak memakai sepatu. Lukanya masih basah dan perih.

"Lagi?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline