Lihat ke Halaman Asli

Eva Rusdiana

peminatan Epidemiologi, Universitas Pekalongan

Yuk Simak! Apa Saja Sih Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak di Wilayah Pesisir?

Diperbarui: 27 Desember 2021   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Asupan  zat  gizi  yang  tidak sesuai  kebutuhan  pada  saat  balita dalam jangka lama dan atau disertai penyakit infeksi dapat menyebabkan kejadian stunting.  Adapun dampak  jangka  pendeknya yaitu perkembangan menjadi terhambat,  penurunan  fungsi  kognitif,  penurunan fungsi kekebalan  tubuh,  dan  gangguan  sistem pembakaran seta dampak jangka  panjangnya yaitu  pada saat masa dewasa akan timbul  risiko  penyakit  degeneratif,  seperti diabetes  mellitus,  jantung  koroner,  hipertensi,  dan obesitas dll.

Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai cukup tinggi, mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.

Pesisir merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan tepi laut, dimana kehidupan masyarakat pesisir sangat bergantung pada hasil laut untuk melakukan kegiatan ekonomi sehingga terkadang pendapatannya yang kecil tidak memenuhi kebutuhannya, serta pendidikan yang rendah orang tua yang rendah berpengaruh pada pola asuh ibu, dalam hal ini praktik pemberian makan dan pengasuhan anak yang kurang baik dan di daerah pesisir banyak kebutuhan gizi anak yang tidak terpenuhi dan sanitasi limgkungan yang buruk menjadikan anak rentan terhadap penyakit maupun infeksi (Hajar et al. 2018).

Berdasarkan dari hasil studi  penelitian  yang  diambil  dari  5 jurnal menunjukkan  faktor risiko yang paling  signifikan terhadap  kejadian stunting adalah

  • Badan lahir rendah (BBLR)Kondisi kesehatan dan status gizi ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan yang lambat dan perkembangan. Serta Dalam penelitian Sutriana (2020) ini menunjukan anak yang mengalami stunting 75%  juga mengalami   BBLR.
  • Tidak diberikanya ASI Ekslusif dan MP-ASIASI ekslusif dan MP-ASI  sangat penting bagi bayi karena nutrisi yang cukup, baik untuk tumbuh kembang, agar kecepatan tumbuh kembang anak sesuai dengan tumbuh kembang anak anak normal lainnya. Dalam penelitian Nancy Swanida (2020) menyatakan bahwa 67,2% atau 137 dari anak yang tidak diberikan ASI eksklusif ditemukan 36,5%  atau sebanyak 50 anak  mengalami stunting.

    1daca13212f758fe16d5697bf14f014f-61c9cbee9bdc4060a046a982.jpg

  • Status Ekonomi yang rendahPendapatan yang rendah merupakan kendala bagi keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi, baik segi kualitas maupun kuantitasnya sehingga makanan yang dikonsumsi pun tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi anak.
  • Sanitasi  Lingkungan yang kurang baikIbu yang memperhatikan  kondisi  sanitasi  lingkungan  rumah dan lingkungan sekitar akan berdampak positif kepada status gizi karrna sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan infeksi pada anak, penyakit  infeksi  dapat  mengganggu pertumbuhan  anak .

    0695e9b263281b1a325885ff6045f18d-61c9cbfa17e4ac2e933023b2.jpg

Untuk itu ada baiknya kita hindari faktor risiko kejadian stunting agar terhindar dari resiko stunting karena stunting tidak hanya berdampak pendek tetapi juga memiliki dampak jangka panjang bagi anak anak yang menderita stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline