Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan pada saat balita dalam jangka lama dan atau disertai penyakit infeksi dapat menyebabkan kejadian stunting. Adapun dampak jangka pendeknya yaitu perkembangan menjadi terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan sistem pembakaran seta dampak jangka panjangnya yaitu pada saat masa dewasa akan timbul risiko penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas dll.
Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 persen pada tahun 2019. Walaupun angka stunting ini menurun, namun angka tersebut masih dinilai cukup tinggi, mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.
Pesisir merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan tepi laut, dimana kehidupan masyarakat pesisir sangat bergantung pada hasil laut untuk melakukan kegiatan ekonomi sehingga terkadang pendapatannya yang kecil tidak memenuhi kebutuhannya, serta pendidikan yang rendah orang tua yang rendah berpengaruh pada pola asuh ibu, dalam hal ini praktik pemberian makan dan pengasuhan anak yang kurang baik dan di daerah pesisir banyak kebutuhan gizi anak yang tidak terpenuhi dan sanitasi limgkungan yang buruk menjadikan anak rentan terhadap penyakit maupun infeksi (Hajar et al. 2018).
Berdasarkan dari hasil studi penelitian yang diambil dari 5 jurnal menunjukkan faktor risiko yang paling signifikan terhadap kejadian stunting adalah
- Badan lahir rendah (BBLR)Kondisi kesehatan dan status gizi ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan yang lambat dan perkembangan. Serta Dalam penelitian Sutriana (2020) ini menunjukan anak yang mengalami stunting 75% juga mengalami BBLR.
- Tidak diberikanya ASI Ekslusif dan MP-ASIASI ekslusif dan MP-ASI sangat penting bagi bayi karena nutrisi yang cukup, baik untuk tumbuh kembang, agar kecepatan tumbuh kembang anak sesuai dengan tumbuh kembang anak anak normal lainnya. Dalam penelitian Nancy Swanida (2020) menyatakan bahwa 67,2% atau 137 dari anak yang tidak diberikan ASI eksklusif ditemukan 36,5% atau sebanyak 50 anak mengalami stunting.
- Status Ekonomi yang rendahPendapatan yang rendah merupakan kendala bagi keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi, baik segi kualitas maupun kuantitasnya sehingga makanan yang dikonsumsi pun tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi anak.
- Sanitasi Lingkungan yang kurang baikIbu yang memperhatikan kondisi sanitasi lingkungan rumah dan lingkungan sekitar akan berdampak positif kepada status gizi karrna sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan infeksi pada anak, penyakit infeksi dapat mengganggu pertumbuhan anak .
Untuk itu ada baiknya kita hindari faktor risiko kejadian stunting agar terhindar dari resiko stunting karena stunting tidak hanya berdampak pendek tetapi juga memiliki dampak jangka panjang bagi anak anak yang menderita stunting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H