Lihat ke Halaman Asli

Evaristus Cahya

Menulis bagian dari hobiku.

Persaudaraan Universal

Diperbarui: 29 Mei 2021   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: sanmardepok.org

Tanggal 3 Oktober 2020 Paus Fransiskus menandatangani Ensiklik "Fratelli Tutti" (Bahasa Italia) atau dalam bahasa Indonesia adalah Saudara Sekalian di Assisi, tempat kelahiran dan hidup St. Fransiskus dari Assisi. Hari berikutnya, 4 Oktober, ensiklik yang ke- 3 tersebut dipublikasikan. Ensiklik ini bertujuan untuk mendorong keinginan akan persaudaraan dan persahabatan sosial.

Penghayatan, persaudaraan, dan persahabatan sosial di dunia saat ini sudah mulai luntur dan ada di ambang kehancuran. Praktik hidup bersaudara dilakukan dengan semu dan banyak ketakutan-ketakutan yang menyelimutinya. Perasaan takut, yang ditandai dengan saya nurut saja, monggo kerso, intinya mencari aman dan nyaman saja. 

Persaudaraan model begini, jauh dari aura Injil Tuhan kita Yesus Kristus yang berani menyuarakan kebenaran dengan lembut tanpa kekerasan, tetap mencintai orang yang menganiaya kita. Itu sumber perdamaian yaitu Yesus Kristus sebagai sumber dan hidup, serta harapan kita sebagai orang beriman dan beragama yang memimpikan kebahagiaan serta kedamaian dalam hati.

 Kita sudah sering mendengar dan melihat dengan jelas, di dunia perpolitikan. Bahwa menjadi saudara karena ada kepentingan pribadi maupun kelompok, kong kalikong, tahu sama tahu, dan sebagainya. PraktIk hidup bersaudara semacam ini, baru dihayati sebatas pertemanan semu dan didasari rasa takut, suka dan tidak suka (like-lislike), cari untungnya sendiri, selalu menyalahkan yang lain dan membesarkan egois kesombongan.

Apapun yang dilihat dan dikerjakan oleh teman yang tidak disukai akan dipandangnya sebelah mata meskipun pekerjaan dan sikap hidup yang baik serta terpuji. Bahkan bau parfum yang sangat wangi dan segar akan diciumnya bagaikan bau gak enak  yang  memuakkan. Sering pula dianggap salah dan selalu dianggap tidak adil, tidak bijaksana, intinya semua buruk di matanya dengan pandangan yang tidak objektif. Sikap ini yang menghambat persaudaraan dan persahabatan sosial.

Ajaran Bapa Paus yang bersumber pada Injil, yaitu ajaran Yesus Kristus yang dihayati oleh Bapa Fransiskus dari Assisi sebagai pelopor persaudaraan yang mampu bersaudara dengan siapapun tanpa pandang ras, suku dan agama, dan lain-lain.  Bahkan ajaran Yesus yaitu untuk lebih mengasihi musuh kita, dan berbuat baik kepada yang membenci kita. (bdk. Matius 5: 44).

 Bapa Fransiskus Assisi mampu mengikuti sumber-Nya yaitu Tuhan Yesus Kristus karena Dialah satu-satunya yang baik, penyayang, pemurah, manis dan lembut (bdk. Luk 18:19). Bapa Fransiskus Assisi hidup, bersaudara dan bersahabat dengan Sultan dari Assisi yang berbeda agama, mampu merangkul rakya kecil/jelata, bahkan mencium luka-luka seorang kusta yang menjijikkan itu. 

Hal ini karena dilandasi oleh rasa cinta kasih persaudaraan yang mendalam seperti ajaran sumbernya yaitu Tuhan Yesus yang mau bersaudara, menyembuhkan semua orang sakit tanpa pandang suku, agama dan budaya lain. Tuhan Yesus yang tetap memiliki empati yang universal, tidak memilih-milih bagi kalangan sendiri. Namun benar-benar universal secara keseluruhan dan menghargai semua orang. (bdk. Lukas 13: 10 -- 17)

Marilah kita bertanya dalam diri kita masing-masing. Sudahkah aku memiliki jiwa persaudaraan yang universal serta empati kepada semua orang tanpa pandang bulu, menghargai orang lain dengan tulus? Marilah kita belajar untuk mencintai orang sesuai dengan ajaran Cinta Kasih agar tercapailah cita-cita kita dan dunia menuju persaudaraan dan persahabatan sosial.

Referensi :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline