"Tuhan apakah Kau memanggilku?" Kalimat itulah yang terlintas di pikiranku ketika Tuhan menyatakan apa yang sebenarnya menjadi panggilan hidupku. Bagaimana mungkin aku yang seorang yang penakut, dan kurang percaya diri saat berbicara di depan orang banyak, bisa menjadi hamba Tuhan sepenuh waktu?
Saat aku masih di sekolah minggu, aku sudah diajarkan oleh Guru Sekolah Minggu bagaimana aku tadinya yang belum bisa apa-apa mungkin hanya bisa memuji Tuhan dan bersaksi lewat pujian di depan teman teman sekolah Minggu, saat itu sudah diberi tanggung jawab untuk mengabsensi dan menyiapkan tempat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk ibadah Sekolah Minggu. Lambat laun hal itu aku lakukan dengan sepenuh hati dan sukacita tanpa ada rasa mengeluh apapun, karena bagiku itu adalah suatu pelayanan untuk Tuhan.
Suatu ketika Guru Sekolah minggu aku mengalami cedera pada kakinya hingga akhirnya menjadi cacat dan tidak bisa berjalan apalagi mengajar. Saat itulah beliau menawarkan diri untuk mengajarkan aku belajar gitar walaupun sebenarnya aku sendiri tidak suka bermain musik, tapi hal itu aku mau melakukan karena bagiku itu penting dan dapat digunakan untuk pelayanan.
Dengan kondisi tidak bisa berjalan dan hanya berbaring di tempat tidur beliau mengajarkan aku cara bermain gitar dengan tekun dan sabar, hingga akhirnya aku sudah mulai dapat memainkan beberapa kunci gitar dalam sebuah lagu.
Tidak lama beberapa bulan kemudian saat aku mau kembali untuk berlatih, aku sudah tidak menjumpai guruku ada ditempat tidurnya, aku merasa bingung dan bertanya kepada orang tuanya kemana beliau berada?, ternyata guruku sudah dijemput oleh pendetanya untuk dibawa ke Sekolah Alkitab disana beliau mengambil keputusan untuk Sekolah Alkitab dan tidak bisa lagi mengajarkan aku musik. Aku pulang dengan rasa sedih karena aku harus berhenti belajar gitar dan tidak bisa ketemu guruku lagi.
Seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai menginjak Remaja dan aku melibatkan diriku untuk membimbing adik adik sekolah minggu sekaligus aktif dalam pelayanan Remaja bahkan pelayanan di komsel-komsel hingga akhirnya tidak terasa permainkan gitarku terasah dan sudah meningkat lebih baik dan sudah dapat digunakan untuk melayani Tuhan, namun aku masih belum percaya diri, masih sering takut untuk melayani.
Beralih kepada Dunia Kerja
Pada Tahun 1999 aku mendapat tawaran kerja disebuah Swalayan, disana aku diterima dan mendapat training pengajaran tentang Retail (dunia perdagangan), bagaimana cara aku melayani pembeli, menata dan mendisplay barang dengan baik. Dengan pekerjaan itu aku merasa nyaman dan Akhirnya aku disibukan dengan pekerjaan, aku mendapatkan banyak teman baru, lingkungan yang baru hingga akhirnya aku mulai melupakan sebuah pelayanan, aku telah meninggalkan segala pelayananku dan sebagai aktivis gereja.
Kurang lebih 2 tahun aku tidak aktif di gereja, karena aku merasa asyik dengan diriku, karena terlalu sibuk berangkat pagi kadang pulang malam, bahkan saat pulang kerja, aku dan teman teman kerja mulai suka kumpul-kumpul, minum, nonton film dan main belyard, hingga larut malam.
Dan tidak disadari aku telah mendapat posisi jabatan yang lebih baik, bukan lagi sebagai pelayan yang menata dan melayani pembeli, tapi sebagai staff kantor itu yang membuat aku semakin lebih sibuk dan lupa diri bagaimana pertolongan, Tuhan, campur tangan, semuanya itu aku menganggap bukan karena Tuhan tapi karena aku giat dalam pekerjaan.
Saat itulah Tuhan mulai sedikit memberi pelajaran kepadaku. Toko Swalayan dimana aku kerja mulai mengalami penurunan dalam segi penjualan, pegawai-pegawai mulai banyak yang dimutasi hingga akhirnya swalayan diputuskan Tutup. Aku Bersama teman-teman yang lain telah kena PHK dan aku tidak kerja lagi. Dengan kondisi demikian aku baru menyadari bahwa selama itu aku telah melupakan Tuhan aku telah sibuk, asyik dengan duniaku sendiri. Dan aku telah mengambi keputusan untuk kembali aktif ke gereja dan membiasakan diri lagi untuk terjun dalam pelayanan.