Belum lama ini, pada hari Rabu tanggal 8 Maret 2023 diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Berbicara mengenai hal ini, sosok perempuan erat kaitannya dengan isu kesetaraan gender di Indonesia yang merebak saat ini.
Kesetaraan gender adalah masalah nyata dan serius yang dimana telah dipelopori oleh R.A Kartini sejak tahun 1908. Kesetaraan gender mengacu pada peran, hak, tanggung jawab dan kesempatan yang sama antara laki-laki dan juga perempuan. Perempuan memiliki potensi yang begitu besar, namun terkadang masih terdapat ketimpangan dalam berbagai aspek ataupun dimensi, baik itu dalam hal support, akses, dan kesempatan yang berdampak pada sebuah kontribusi yang tidak maksimal juga optimal.
Apakah di Indonesia sendiri sudah mengedepankan kesetaraan gender ini?
Kesetaraan gender di Indonesia belum terbentuk dengan baik. Sebagai salah suatu contohnya, menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja pada perempuan terpaut jauh lebih rendah yaitu sebesar 54,2 % dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 83,6%. Padahal jika dilihat secara populasi di Indonesia, setengahnya didominasi oleh kaum perempuan. Selain itu, kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan pun masih menjadi hambatan pada saat ini.
Perempuan rentan terhadap kekerasan, dan pelecehan secara verbal maupun fisik. Diskriminasi antara perempuan di kalangan remaja masih seringkali dijumpai. Perempuan dituntut untuk selalu bisa dalam segala hal. Hal ini menunjukkan budaya patriarki masih kian tumbuh dan mandarah daging di Indonesia. Secara tersirat, budaya patriarki ini menempatkan posisi perempuan ada di bawah laki-laki.
Dampak budaya patriarki pada kaum perempuan
Hadirnya budaya patriarki ini mengakibatkan lahirnya ketimpangan gender, yuk simak penjelasannya berikut ini.
1. Stereotipe
Suatu pelabelan, pandangan ataupun penilaian, dimana seringkali memiliki anggapan yang mengarah pada hal negatif yang melahirkan suatu ketidakadilan. Berikut terdapat 5 contoh stereotipe pada kaum perempuan, diantaranya perempuan adalah sosok yang penakut, perempuan lemah dalam menahan rasa sakit fisik, perempuan kodratnya hanya di dapur (dalam artian perempuan hanya harus dan terpaku menjadi Ibu Rumah Tangga dan tidak perlu berpendidikan tinggi). Padahal, mau perempuan menjadi sosok wanita karir ataupun Ibu Rumah Tangga itu kembali lagi kepada pilihan masing-masing, keduanya memiliki konsekuensi dan tantangannya tersendiri. Seringkali direndahkan, padahal menjadi seorang Ibu Rumah Tangga pun bukan suatu hal yang mudah, dan merupakan anugerah yang sangat mulia lho..
2. Kekerasan