Lihat ke Halaman Asli

Eva Nur Khofifah

Penulis 5 Buku, Praktisi Pendidikan Keluarga, Hipnoterapis, Founder @mozaikpsikologi

Kontroversial Penggunaan Kata Negasi (Jangan) untuk Anak

Diperbarui: 11 Juli 2019   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

" Tabayyun adalah sebaik-baiknya tindakan, karena dengan tabayyun seseorang mampu terhindar dari fitnah belaka dan jelaslah bahwa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, kutipan ayat yang tidak asing ditelinga namun begitu berat merealisasinya."

-Eva Nur Khofifah-

Kontroversial memang sudah menjadi fitrah yang melekat dalam kehidupan manusia, hal tersebut justru membuat hidup lebih bervariasi, munculnya keterbukaan dan yang lebih penting bahwa ternyata memang perbedaan itu indah. Sama halnya dalam dunia parenting kontroversi sudah menjadi masalah klasik yang harus dipecahkan bersama dengan tujuan tepatnya kita dalam mengambil sikap.

Kata negasi atau kata larangan yang seringkali diucapkan orangtua kepada anaknya menjadi kontroversial karena ada dua pendapat yang berseberangan, pendapat pertama menyatakan bahwa orangtua wajib menghindari kata negasi seperi " jangan, tidak, gak boleh" dll karena dianggap hal tersebut justru akan membuat anak berperilaku sebaliknya, misalnya " nak, jangan lari-lari" anak justru terus berlari, " nak, jangan lompat-lompat" anak justru terus melompat, " nak, tidak boleh ini, tidak boleh itu" dan banyak contoh penggunakan kata negasi lainnya. Kata negasi tersebut seakan-akan haram untuk diucapkan oleh orangtua.

Pendapat yang kedua berkata sebaliknya, kata " jangan" sangat boleh digunakan karena jika kata "jangan" tidak diperbolehkan sama saja orangtua menentang kata-kata yang termaktub dalam kitab suci al-qur'an dimana terdapat banyak sekali kata negasi "jangan" yang digunakan dalam al-qur'an, misalnya " jangan berkata kasar, jangan berbuat seperti itu, jangan iri dengki" dan penggunaan kata negasi "jangan" lainnya yang sangat banyak sekali digunakan dalam al-qur'an.

Lalu bagaimana cara kita menyikapinya? Pendapat manakah yang harus kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh orangtua adalah analisis mendalam atau tabayyun terkait asbabun nuzul ayat al-qur'an tersebut dan tabayyun bagaimana sebetulnya pemikiran yang komprehensif yang diungkapkan oleh orang yang memiliki pendapat yang pertama tadi, orangtua yang cerdas tidak menerima mentah-mentah sebelum masak dan tidak menerima begitu saja apa yang ia dengar, baca dan lihat. Haruslah di analisis mulai dari akarnya dengan maksud tepatnya pengambilan sikap dan mampu menghargai orangtua lain yang berbeda pendapat dengan kita.

Nah, setelah penulis melakukan analisis dan tabayyun nyatanya apa yang dibaca dan di dengar itu tidak sepenuhnya benar, informasi yang didapatkan tidak lengkap. Realitanya maksud pendapat pertama alasan kata negasi wajib di hindari adalah karena menurut riset pun otak anak tidak akan menerima kata larangan tersebut dalam keadaan mendesak, jadi dalam keadaan mendesak otak anak hanya menerima kata yang jelas dan tegas saja. Misalnya nih anak sedang berlarian dan tiba-tiba ia berlari sampai ke jalan raya yang banyak sekali kendaraan berlalu lintas, sontak orangtua berkata " jangan lari" anak justru akan lari  karena pertama, katanya tidak tegas ( terlalu panjang) jika dalam keadaan mendesak, yang kedua karena dalam keadaan mendesak anak hanya mengingat kata terakhirnya yaitu "lari".

Yang perlu digarisbawahi pada pendapat pertama adalah bahwa kata negasi itu dilarang dalam keadaan mendesak, lalu harus seperti apa dong jika mendesak seperti tadi, gunakanlah kata yang tegas dan hanya satu kata saja, misalnya " diam, stop, berhenti" lebih efektif digunakan saat mendesak karena informasi yang diberikan kepada anak tidak ambigu, langsung diproses oleh otaknya bahwa ia harus diam atau berhenti.

Kemudian yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah apakah dalam keadaan biasa saja atau tidak mendesak kata negasi boleh digunakan kepada anak? jawabannya boleh karena dalam keadaan anak sedang rileks ia akan menerima kata negasi tersebut dan akan mampu mengolahnya, anak tidak akan bingung. Namun tetap saja dibatasi dan dihindari, mengapa? 

Jika dalam sehari saja orangtua mengucapkan 10 kata negasi " jangan main disana, jangan makan seperti itu, jangan duduk seperti itu, jangan minum seperti itu, jangan main air, jangan kotor-kotoran, jangan kesana, jangan kesini, jangan kesitu, tidak boleh ini, tidak boleh itu, dst" maka yang ada anak stres dan merasa apa yang dilakukannya banyak dilarang, langkahnya dianggap selalu salah dan akhirnya anak menjadi tidak percaya diri dan tumbuh menjadi anak yang penakut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline