Teori Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan Teori yang mempelajari mengenai perilaku manusia. Fokus dalam Teori Behavioristik ini lebih menekankan terhadap perubahan tingkah laku manusia. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.(Eni Fariyatul & Istikomah, 2016).
Teori Conditioning Ivan Pavlov
Dalam kutipan Hendry C. Ellis, Pavlov melakukan eksperimen di laboratorium nya terhadap seekor anjing dengan melakukan operasi kecil di pipi anjing tersebut dengan memasang saluran kecil di pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. liurnya. Kondisi anjing tersebut terpisah dari penglihatan dan suara luar. Rita L. Atkinson, et.al menyebutkan bahwa saat lampu dinyalakan anjing dapat bergerak sedikit tetapi tidak mengeluarkan air liur. Setelah beberapa detik, diberikan nya bubuk daging sehingga membuat anjing tersebut lapar dan memakannya. Lalu, alat perekam mencatat pengeluaran aliran air liur anjing tersebut. Prosedur ini dilakukan beberapa kali. Kemudian lampu dinyalakan kembali namun tidak diberikan bubuk daging, dan anjing pun tetap mengeluarkan air liurnya.
Teori clasical Conditioning merupakan sebuah prosedur dalam menciptakan refleks baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov maka terlihat bahwa pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon. Dengan adanya stimulus berupa reward, maka respon siswa akan semangat belajar dan lebih termotivasi lagi kedepannya. Siswa selalu mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya kepada guru, selalu mengingat pelajaran, dan mempelajarinya kembali.
Teori Connectionsm
menurut Watson Pokok kajian behaviorisme adalah unsur perilaku yakni gerakan maskular tubuh dan sekresi kelenjar. Menurut Watson, respon bersifat eksplisit dan implisit. Respon eksplisit tampak nyata dan dapat diobservasi secara langsung. Respon implisit seperti gerakan-gerakan didalam organ, sekresi kelenjar, dan impuls syaraf, terjadi didalam tubuh organisme. Sama halnya dengan respon, stimuli juga dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Gelombang cahaya yang menyentuh pupil adalah sebuah stimuli sederhana.
Watson percaya bahwa manusia dilahirkan dengan beberapa reflex dan reaksi emosional seperti cinta, kebencian serta kemarahan. Setelah melakukan serangkaian eksperimen, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan mereaksi terhadap stimulus-stimulus yang diterima.
menurut Clark Hull semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap hidup. Oleh karena itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologi penting dan menempati posisi sentral dalam keseluruhan kegiatan manusia, sehingga stimulus atau motivasi dalam belajar hampir selalu berkaitan dengan kebuthan biologis walaupun respon yang akan muncul bermacam-macam (Muhammad Soleh Hapudin, 2021).
menurut Edwin Guthrie Teori ini menyatakan bahwa peristiwa belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya. Dalam hal ini Guthrie membuat perbedaan antara gerakan dan tindakan. Gerakan merupakan kontraksi otot-otot, sedangkan tindakan adalah kombinasi antara gerakan-gerakan. Contoh tindakan adalah menggambar, membaca buku, dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam tindakan adalah komponen-komponen dari keterampilan-keterampilan, seperti bermain golf, mengetik, bermain basket, dsb.