Lihat ke Halaman Asli

EVA NURHARYATI

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsep Kematangan dan Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik

Diperbarui: 8 November 2024   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori Behavioristik

Teori Behavioristik merupakan Teori yang mempelajari mengenai perilaku manusia. Fokus dalam Teori Behavioristik ini lebih menekankan terhadap perubahan tingkah laku manusia. Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.(Eni Fariyatul & Istikomah, 2016).

Teori Conditioning Ivan Pavlov
Dalam kutipan Hendry C. Ellis, Pavlov melakukan eksperimen di laboratorium nya terhadap seekor anjing dengan melakukan operasi kecil di pipi anjing tersebut dengan memasang saluran kecil di pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. liurnya. Kondisi anjing tersebut terpisah dari penglihatan dan suara luar. Rita L. Atkinson, et.al menyebutkan bahwa saat lampu dinyalakan anjing dapat bergerak sedikit tetapi tidak mengeluarkan air liur. Setelah beberapa detik, diberikan nya bubuk daging sehingga membuat anjing tersebut lapar dan memakannya. Lalu, alat perekam mencatat pengeluaran aliran air liur anjing tersebut. Prosedur ini dilakukan beberapa kali. Kemudian lampu dinyalakan kembali namun tidak diberikan bubuk daging, dan anjing pun tetap mengeluarkan air liurnya.  

Teori clasical Conditioning merupakan sebuah prosedur dalam menciptakan refleks baru dengan mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov maka terlihat bahwa pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon. Dengan adanya stimulus berupa reward, maka respon siswa akan semangat belajar dan lebih termotivasi lagi kedepannya. Siswa selalu mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya kepada guru, selalu mengingat pelajaran, dan mempelajarinya kembali.

Teori Connectionsm
Watson
Pokok kajian behaviorisme adalah unsur perilaku yakni gerakan maskular tubuh dan sekresi kelenjar. Menurut Watson, respon bersifat eksplisit dan implisit. Respon eksplisit tampak nyata dan dapat diobservasi secara langsung. Respon implisit seperti gerakan-gerakan didalam organ, sekresi kelenjar, dan impuls syaraf, terjadi didalam tubuh organisme. Sama halnya dengan respon, stimuli juga dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Gelombang cahaya yang menyentuh pupil adalah sebuah stimuli sederhana.
Watson percaya bahwa manusia dilahirkan dengan beberapa reflex dan reaksi emosional seperti cinta, kebencian serta kemarahan. Setelah melakukan serangkaian eksperimen, Watson menyimpulkan bahwa pengubahan tingkah laku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan mereaksi terhadap stimulus-stimulus yang diterima.
Clark Hull
Hull, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap hidup. Oleh karena itu, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologi penting dan menempati posisi sentral dalam keseluruhan kegiatan manusia, sehingga stimulus atau motivasi dalam belajar hampir selalu berkaitan dengan kebuthan biologis walaupun respon yang akan muncul bermacam-macam (Muhammad Soleh Hapudin, 2021).
Edwin Guthrie
Teori ini menyatakan bahwa peristiwa belajar terjadi karena adanya sebuah kombinasi antara rangsangan yang disandingkan dengan gerakan yang cenderung diikuti oleh gerakan yang sama untuk waktu berikutnya. Dalam hal ini Guthrie membuat perbedaan antara gerakan dan tindakan. Gerakan merupakan kontraksi otot-otot, sedangkan tindakan adalah kombinasi antara gerakan-gerakan. Contoh tindakan adalah menggambar, membaca buku, dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam tindakan adalah komponen-komponen dari keterampilan-keterampilan, seperti bermain golf, mengetik, bermain basket, dsb.
Berdasarkan teori ini, yang menjadi tugas guru (agar menjadikan siswa belajar) adalah memberikan stimulus kepada siswa, agar nantinya siswa mau merespons dan ini memudahkan siswa untuk belajar. Stimulus yang diberikan ini dapat berupa penciptaan suatu media atau ilustrasi pada bidang materi tertentu.

Teori Belajar Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada pengalaman subjektif individu dan potensinya untuk berkembang. psikologi humanistik lebih menekankan pada pengalaman manusia secara keseluruhan. Pendekatan ini memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran diri, kebebasan memilih, dan kapasitas untuk bertumbuh dan berkembang.
Psikologi humanistik didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk kebaikan dan pertumbuhan. Salah satu konsep utamanya adalah "aktualisasi diri," yang merujuk pada realisasi penuh dari potensi seseorang.
Teori Combs
pendekatan psikologi humanistik yang berfokus pada persepsi individu sebagai penentu utama dari perilaku dan pengalaman manusia. Combs berpendapat bahwa cara seseorang memandang dunia, termasuk bagaimana ia memandang dirinya sendiri, orang lain, dan situasi di sekitarnya, sangat memengaruhi perilaku mereka.
Combs berpendapat bahwa jika seseorang memiliki persepsi yang positif tentang dirinya sendiri dan orang lain, ia cenderung berperilaku dengan cara yang lebih sehat dan produktif Sebaliknya, persepsi yang negatif dapat mengarah pada perilaku yang destruktif atau maladaptif. Dengan demikian, teori ini menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung persepsi positif untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Teori Maslow dan Kebutuhan Individu
Maslow berpendapat bahwa manusia termotivasi oleh serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi secara berurutan, dimulai dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang lebih tinggi. Hirarki ini terdiri dari lima tingkatan utama: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori Rogers
Teori ini menekankan pentingnya memahami dan menghargai pengalaman subjektif individu sebagai kunci untuk membantu mereka mencapai pertumbuhan pribadi dan aktualisasi diri. Rogers percaya bahwa setiap individu memiliki potensi bawaan untuk berkembang, dan peran terapis adalah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung proses ini. Pendekatan ini berpusat pada tiga elemen utama: empati, penerimaan tanpa syarat (unconditional positive regard), dan keaslian (congruence).

Kematangan
Kematangan adalah konsep yang kompleks yang merujuk pada perkembangan individu dari segi fisik, emosional, sosial, dan intelektual hingga mencapai tahap di mana seseorang dianggap telah mencapai kedewasaan atau kebijaksanaan tertentu. Dalam konteks perkembangan manusia, kematangan sering dikaitkan dengan kemampuan individu untuk bertindak dengan tanggung jawab, memahami konsekuensi dari tindakan mereka, dan menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma dan harapan masyarakat.
Kematangan memainkan peran kunci dalam proses perkembangan individu, memfasilitasi transisi dari satu tahap kehidupan ke tahap berikutnya dengan lancar dan efektif. Secara umum, kematangan memungkinkan seseorang untuk mengelola tanggung jawab dan tantangan yang semakin kompleks seiring dengan bertambahnya usia. Misalnya, kematangan fisik memungkinkan individu untuk berkembang biak dan menjalankan fungsi biologis lainnya yang penting untuk kelangsungan hidup spesies.
Dalam konteks perkembangan emosional, kematangan sangat penting untuk memungkinkan individu mengelola emosi mereka secara sehat. Emosi yang terkelola dengan baik berfungsi sebagai landasan bagi stabilitas mental dan kesejahteraan psikologis. Dengan kematangan emosional, seseorang dapat membangun hubungan yang lebih mendalam dan bermakna, yang mendukung perkembangan sosial mereka secara keseluruhan.
ketika peserta didik belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar, maka peserta didik akan mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan ataupun materi yang diberikan dalam pembelajaran. Seorang anak akan belajar secara terarah atau lebih terfokus pada materi pelajaran. Maka, konteks kematangan dalam proses kesiapan belajar seorang anak sangat penting sekali untuk membentuk kesiapan jasmani, rohani, dan mentalnya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline