Lihat ke Halaman Asli

Eva Nurmala

karyawan swasta

Puasa dan Kebangkitan Nasional, Momentum Berempati

Diperbarui: 16 Mei 2020   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

republika

Ditengah Pandemi karena virus corona atau lebih dikenal sebagai Covid-19 ini, perhatian kita tertuju pada petugas medis dan jajarannya, yang senantiasa bekerja dan berjuang demi menyelamatkan nyawa orang lain. 

Banyak resiko yang harus mereka ambil dalam menjalankan tugas mulia tersebut antara lain tertular saat merawat pasien dengan Covid-19. Resiko penularan itu bisa terjadi karena tidak semua rumah sakit punya APD. Karena distribusi yang buruk, APD hanya ada di beberapa tempat saja, sehingga rumah-rumah sakit yang tidak punya APD, harus mengirimkan rujukan ke rumah sakit yang lebih besar di wilayah itu.

Resiko lain yang harus ditanggung adalah tertularnya pada staf medis, karena ketidakjujuran dari sang pasien terkait riwayat interaksi dan bepergian mereka. Kejadian di Semarang dimana sekitar 30 staf medis tertular Covid-19 karena pasien tidak terbuka dalam menjelaskan keadaannya. Kita tahu juga belasan dokter dan perawat meninggal dunia karena penyakit dengan tingkat penularan yang sangat cepat tersebut.

Kaum sukarelawan juga tidak bisa dianggap remeh dalam kasus ini. Mereka juga merupakan garda depan dalam menanggulangi pandemic. Para petugas tracing (yang menelusur seseorang dengan positif corona ) sudah berinteraksi dengan siapa saja sebelum dinyatakan positif corona. Penelusuran ini bukan tanpa resiko karena seringkali bertemu dengan orang-orang yang sudah berinteraksi dengan orang positif corona, namun belum terbukti karena belum dilakukan test.

Tak hanya itu, para pembersih ruangan pasien dan petugas sampah juga tak luput dari resiko penularan. Mereka bersentuhan langsung dengan pasien dan barang-barang milik pasien. Belum ada penelitian yang sahih soal apakah virus itu bisa bertahan hidup di usara luar seperti halnya influenza, karena saat ini yang diketahui awam adalah virus ini bisa menular melalui droplet (percikan air liur ketika bersin). Sebagai contoh nyata adalah kasus ibu dan anak di Cileungsi kabupaten Bogor yang tertular karena keberadaan baju yang ayah yang kebetulan bekerja di Wisma Atlet Kemayoran.

Atas ilustrasi di atas mungkin kita harus kembali berfikir bahwa wabah ini adalah wabah yang tidak bisa dianggap remeh oleh kita semua. Semua bisa tertular dan banyak orang terlibat untuk pencegahannya. Upaya-upaya maksimal dan diikuti dengan dana maksimal ini juga membuat kita harus mendukung terbaik untuk proses pemulihan bangsa dari wabah ini.

Karena itu puasa dan peringatan Kebangkitan Nasional adalah momentum di mana kita harus lebih bersimpati dan berempati terhadap semua terdampak dan pihak yang mengupayakan kesembuhan, juga pemerintah yang berupaya keras untuk menanggulangi wabah dengan jalur mediis maupun memberikan bantuan kepada pihak-pihak terdampak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline