Pada tahun 1970, raja keempat Bhutan Yang Mulia Jingme Singye Wangchuck memperkenalkan sebuah istilah kepada rakyatnya yakni Kebahagiaan Nasional Bruto (Gross National Happiness/GNH). Konsep dari GNH ini adalah perkembangan sebuah negara seharusnya dilihat dalam pendekatan yang holistik. Artinya kemajuan sebuah negara tidak dilihat berdasarkan faktor ekonomi saja melainkan terutama pada faktor non ekonomi seperti kesejahteraan rakyatnya.
Awalnya GNH diterjemahkan menjadi empat pilar utama yakni pemerintahan yang baik, perkembangan sosial ekonomi yang berkelanjutan, pemeliharaan budaya, dan pemeliharaan lingkungan alam. Kemudian berkembang menjadi sembilan wilayah yakni kesejahteraan psikologis, kesehatan, pendidikan, penggunaan waktu, keragaman dan ketahanan budaya, pemerintahan yang baik, kekuatan komunitas, keragaman dan ketahanan hayati, dan standar kehidupan. Kesemuanya merangkum makna kebahagiaan hidup rakyat Bhutan.
Mengapa kebahagiaan? Kasus negara Bhutan menjadi contoh nyata bahwa kebahagiaan merupakan suatu kondisi yang ingin dicapai oleh setiap orang. Setiap orang maupun komunitas menginginkan kebahagiaan. Bahkan lebih tepatnya adalah setiap manusia memiliki hak dasar untuk mengalami kebahagiaan. Hak tersebut dimiliki oleh manusia karena diberikan oleh sang pencipta.
Orang-orang yang bahagia memiliki emosi yang positif yang tercermin dalam cara berpikir yang positif. Mereka yang bahagia umumnya berpikir secara positif. Mereka kreatif, toleran, dan konstruktif. Yang paling penting adalah orang yang bahagia merupakan orang-orang yang baik. Mengapa bisa demikian? Karena ketika kita berpikir secara positif maka tindakan kita juga positif, dan sebaliknya.
Selain cara berpikir yang positif, kebahagiaan juga terkait dengan kesehatan dan umur panjang. Orang yang bahagia cenderung hidup lebih lama. John Gottman seorang pakar di bidang hubungan pernikahan menemukan bahwa pasangan yang tetap menikah, hidup lebih lama empat tahun dibandingkan dengan pasangan yang tidak tetap menikah.
Orang-orang yang bahagia lebih memiliki daya tahan terhadap rasa sakit. Orang yang bahagia memiliki emosi yang positif yang membuat mereka lebih mampu menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan. Mereka cenderung lebih optimis dalam menghadapi situasi sulit dibandingkan dengan orang yang tidak bahagia.
Orang yang bahagia ditandai dengan kepuasan dalam pekerjaan mereka. Orang-orang yang bahagia lebih mampu menetapkan tujuan yang lebih tinggi. Mereka juga terlihat mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik. Selain itu mereka juga mampu menyelesaikan masalah dengan baik.
Satu hal yang sangat jelas dan pasti dalam diri orang-orang yang bahagia adalah mereka memiliki lebih banyak teman dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bahagia. Orang yang bahagia cenderung untuk menikah daripada hidup sendirian. Selain itu orang yang bahagia juga cenderung lebih terlibat dalam aktifitas kelompok daripada menyendiri. Mihaly Csikszentmihalyi mengatakan orang-orang lebih bahagia ketika mereka bersama dengan orang lain.
Evans Garey
Hidup Apa Hebatnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H