Lihat ke Halaman Asli

chantya rania

Mahasiswa

Kontroversi 'The Little Mermaid' Berdasarkan Prespektif Para Civil Society

Diperbarui: 17 Juni 2023   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

The Walt Disney kembali mengeluarkan live action atas kartun-kartun lamanya. Kisah gadis putri duyung yang berani dan ingin mencoba banyak hal, The Little Mermaid menjadi salah satu live action garapan Disney yang tayang di paruh kedua 2023 ini. Kabarnya, film ini telah menjalani syuting sejak tahun lalu, dan ketika trailernya diluncurkan bulan lalu. menuai berbagai reaksi masyarakat. Tentu saja beragam reaksi ini mungkin sudah diduga oleh Disney, karena memang terdapat beberapa keunikan dari film adaptasi Disney Classic tahun 1989 ini.

Pertama-tama, yang paling menonjol dan disadari seluruh khalayak ramai ketika menonton trailer ialah sang aktris yang memerankan Ariel, si putri duyung cantik yang penuh rasa ingin tahu akan dunia manusia juga rambut merah sebagai ciri khasnya. Berdasarkan pengakuan Disney, aktris tersebut menjadi representasi kulit hitam pertama dalam serial putri Disney. Selain itu, berdasarkan seleksi yang telah Disney adakan sebelumnya, Halle Bailey --- sang pemeran Ariel --- memiliki kriteria paling cocok dalam memerankan tokoh utama, khususnya kemampuannya bernyanyi.

Kemudian, The Little Mermaid juga memiliki berbagai perkembangan plot dan sifat para karakter. Hal ini terlihat setelah melihat keseluruhan film, yang mungkin memiliki garis besar yang sama seperti versi kartun. Hanya saja, dalam beberapa bagian, setiap karakter dibiarkan lebih berkembang dan seolah tidak hanya digunakan sebagai 'pajangan' tak berarti. Contohnya ialah karakter Prince Eric, yang dalam kartun sebatas muncul tanpa dialog, di film cukup diperlihatkan perkembangannya, hingga alasan ia melakukan berbagai hal.

Di era globalisasi yang menjadi jalan pintas dalam mengakses informasi, beberapa golongan manusia diibaratkan sebagai Civil Society. Menurut sumber akademisi, Civil Society sendiri terbagi atas 3 kelompok, yakni Comformist, Reformist, dan Radicalist. Tak disangka, ketiga kategori ini menampakkan perbedaan menonjol mereka dalam memberikan reaksi atas film The Little Mermaid.

Comformist dikenal atas sifat 'menerima' yang mereka miliki. Mereka melihat dunia dengan apa adanya, tanpa keinginan muluk-muluk yang perlu diwujudkan. Dalam realita, khususnya di dunia internasional, tidak ada organisasi atau institusi yang benar-benar dianggap Comformist. Sementara itu, dalam reaksi atas The Little Mermaid, mereka masuk ke tipe yang akan menikmati film tersebut bagaimanapun bentuknya.

Berbeda dengan Reformist. Dari namanya, dapat diketahui kategori ini akan berpikir lebih modern. Sehintga tanggapan mereka cenderung mempertanyakan berbagai hal. Sementara itu, Radicalist akan mengkritik tanpa alasan dan bersikap rasis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline