Lihat ke Halaman Asli

Evalin Ndoen

Don't prove your self, just improve your self.

Banking Education Perlu Dihindari

Diperbarui: 31 Juli 2023   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pergeseran jaman yang saat ini menginjak abad 21 membawa beragam perubahan dalam seluruh tatanan umat manusia, salah satunya pendidikan. 

Begitu banyak teori yang mengatakan bahwa pendidikan harus begini dan begitu. Namun dengan melihat prakatik pendidikan yang saat ini terjadi menuai rasa prihatin yang mendalam. Jaman boleh berkembang, namun sistem pendidikan yang saat ini dialami adalah praktik dimana peserta didik masih diperlakukan layaknya sekolah dengan praktik "banking of education"

Dalam pandangan konsep pendidikan seperti ini, yang kerap terjadi adalah guru memposisikan diri sebagai depositor dan siswa merupakan reseptor dimana dalam proses pembelajaran guru hanya sekedar melakukan deposit ilmu terhadap "empty bank" yang dimiliki oleh siswa. Hal demikian mennciptakan proses yang terjadi dalam suatu pembelajaran adalah siswa sekedar melakukan aktivitas pasif yakni achieve, memorize, and repeat.  

Akibatnya, model pendidikan yang terjadi bukannya mengembangkan kemampuan siswa melainkan menindas perkembangan siswa dalam hal belajar serta memperlebar kesenjangan keterlibatan guru dengan siswa. Dalam proses pembelajaran guru masih mempraktikan metode pembelajaran yang memandang murid hanya sebagai penerima ilmu. Hal demikian nyata terjadi dalam praktik pendidikan yang dapat dilihat sekarang ini. 

Di masa pembelajaran daring, dengan keterbatas waktu dan pertemuan secara fisik, guru merasa bahwa sulit untuk mengaplikasikan pembelajaran dengan model student centered. Hal ini sungguh memprihatinkan sebab dengan dukungan kemajuan teknologi saat ini, seharusnya guru terampil dalam memanfaatkannya ketika mendesain pembelajaran yang bersifat student centered untuk melibatkan siswa menjadi pelajar akjtif. 

Model pendidikan seperti ini apabila tidak dievaluasi lebih lanjut maka dapat mendehumanisasi siswa sebagai manusia. Dehumanisasi disini mengandung makna bahwa pendidikan hanya sekedar memandang siswa sebagai objek yang tidak memiliki rasa otonom sehingga mencetak manusia yang tidak mampu untuk merasionalisasi dan mengkonseptualisasi pengetahuan. Pendidikan yang seharusnya adalah menitikberatkan siswa sebagai subjek pelaku pendidikan, bukan penderita pendidikan. Guru tidak berhak dan tidak diperbolehkan untuk mengganggap siswa objek, melainkan harus terjadi kesetaraan antara guru selaku subjek dengan siswa yang juga sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Dengan ini maka gambaran tentang siswa nantinya akan mempengaruhi perilaku guru ketika mengajar. 

Bayangkan, dengan seperti ini, siswa menjadi rekan dalam proses pembelajaran yang senantiasa antara guru dengan siswa kerap terjadi dialog. Sebagai guru, kita harus menanamnkan dalam pikiran kita bahwa siswa kita mampu untuk berpikir dan telah terinformasi serta memiliki pemahaman.

 Tidak lupa juga agar dalam proses pembelajaran, kita sebagai guru juga wajib untuk mengklarifikasi pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Disamping itu, sebagai guru kita juga harus menghormati apa yang diketahui oleh siswa kita. Dalam hal ini bukan berarti bahwa guru sama sekali tidak berperan dalam proses pembelajaran, namun peran guru disini adalah sebagai fasilitator, sehingga pembelajaran yang terjadi bersifat konstruktivistik.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline