Baru saja ingin kulukis senja dimatamu
Tapi tiba-tiba kembang api semarak meramaikan dini hariku
Mencetak sebongkah es dalam bayang wajahmu
Menjelma menjadi kerinduan dalam deru nafas
Yang mungkin tak lagi sama
Ketika nafas kita satu,...
mengapa seperti hanya engkau yang menari-nari?
dalamrenung malam yang tak lagi sepi..
bahkan merusak keindahan yang ada..
baru sajamentari hangat menyapaku
tapi menghilang saat engkau menunjukkan ..
bahwa ada seberkas sinar yang engkau lukis dalam senja kehidupanmu
menarilah....
seperti ufuk yang terus menjauh saat pinang merah mengkhitbahnya
dengan cincin embun yang terus meredup
saat matahari terbit daritimur....
dan aku akan terus berjalan melewati tiap kenangan
yang engkau buat dan engkau suguhkan padaku..
kanopi-kanopi itu mengajakku menari melintasi jelaga jiwa
belum usai...tapi terlihat usai
hujan lebat itu meredah memangkas kanopi-kanopi rimbaraya
menyibak pelangi di atas air laut yang menghijau
mengulum dunia tuk tersenyum kembali setelah bias sinarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H