"Menikah"... dahulu sering terbersit dalam hatiku kata-kata ini, tapi tidak pernah kufikirkan sampai mendalam bahkan tabu untuk menjadikannya sebagai topik obrolan ataupun diskusi dengan teman terdekat sekalipun. bukan karena aku sangat mencintai kebebasanku saat ini, bukan karena aku merasa cukup dengan keadaanku sekarang, bukan karena aku merasa kuat hingga tak perlu sosok seorang laki-laki dengan status suami dalam hidup dan kehidupanku, bukan juga aku karena trauma yang mendalam terhadap sesuatu dimasa lalu karena sosok seorang laki-laki dan bukan karena alasan-alasan lain yg sering difikirkan dan diasumsikan orang-orang terdekatku selama ini.
Tidak banyak yang faham akan pemikiranku mengenai sebuah pernikahan.... yang pasti aku begitu dikuasai ketakutanku untuk memulai sesuatu yang baru dengan orang yang baru pula yang mungkin tak akan bisa menerima sepenuhnya keadaanku dan hal-hal lain disekitarku, ketakutanku untuk berbagi hal-hal yang bukan hanya melulu kebahagiaan tapi juga kesedihanku, ketakutanku akan sosok "dia" nantinya tak cukup kuat menopang sebagian bebanku, tak cukup tegar dengan permasalahan-permasalahan yang mungkin mucul setelahnya nanti, tak cukup sabar menghadapi kemanjaan-kemanjaanku yang layaknya seorang anak kecil dan egoku yang terkadang menjengkelkan, tak cukup setia mendampingiku dengan komitmen-komitmen yang sudah terikrar tanpa kebohongan dan kemunafikan, dan takut tak cukup hanya aku nanti "wanita" dalam hidupnya....
Memang tak akan ada yang sempurna di dunia ini, tapi paling tidak aku ingin mendapatkan sosok yg se-ideal mungkin menurut pandanganku, karena aku juga yang akan menjalani hidup dengannya nanti untuk waktu yang tersisa selama sisa hidupku.. dan buatku pernikahan ini nantinya bukan cuma tentang aku dan kami berdua tapi sosok lain yang lebih penting dari diriku sendiri, sosok lain yg lebih butuh kasih sayang dan perlindungan serta figur yang tepat untuk dirinya, sosok mungil yang lucu dan tanpa dosa, sosok yang akhirnya membuatku mampu bertahan dalam kesendirian dalam waktu yang tidak sebentar, sosok yang menguatkanku untuk bersabar dan percaya akan rencana indah Allah untuk kami berdua, sosok yang layak mendapatkan kebahagiaan setelah semua yang dialaminya bersamaku selama 6 tahun kebersamaan yang sangat membahagiakan tapi tetap penuh keterbatasan tanpa sosok seorang ayah... amat menyedihkan buatku...
Akhirnya... setelah sekian lama kutemukan juga engkau sebagai jawaban dari do'a2ku selama ini, imamku dan kepala keluarga untuk keluarga kecil kita, sosok ayah untuk anakku dan anak-anak kita kelak. Suami, saudara dan teman sehidup semati dalam suka maupun duka, akan kuhabiskan sisa hidupku hanya bersamamu . Tetaplah seperti sebelumnya.. baik hati, lembut dan penyayang serta penuh kesabaran menghadapi hal-hal yang mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh kita. Kuatlah dan tegar agar kamipun kuat menghadapi pasang surut kehidupan dan apapun yang terjadi bersamamu. Dan semoga kau akan tetap setia meskipun nantinya aku tak seperti yang kau impikan karena hidup tak selalu indah tapi dengan kebersamaan ini kita buat semuanya menyenangkan. dan penuh kebahagiaan.. karena saat ini engkau sudah semuanya buatku dan sikecil....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H