Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan spikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai yang meliputi sikap mental, emosional, sportivitas, spiritual, soaial, serta pembiasaan pola hidup sehat yang muara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan spikis yang seimbang dalam proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar PJOK. PBL merupakan model pembelajaran yang berbasis pada masalah dan digunakan sebagai stimulus yang mendorong siswa menggunakan pengetahuannya dalam pencarian informasi relevan yang bersifat student-centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PJOK, seperti pada materi atletik, teknik dasar passing bola basket, lompat jauh gaya jongkok, dan bola basket di SD,SMP DAN SMA/MA.
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. PJOK bukan hanya aktivitas jasmani semata, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara utuh melalui aktivitas jasmani. Guru PJOK yang baik harus memiliki karakter berjiwa nasionalisme Indonesia, bernalar, pembelajar, profesional, dan berorientasi pada peserta didik. Karakteristik pembelajaran PJOK meliputi pengembangan kebugaran jasmani dan keterampilan jasmani yang berguna bagi peserta didik. Pembelajaran PJOK di tingkat SMA dan sederajat bertujuan agar siswa dapat memperoleh perubahan perilaku gerak, perilaku olahraga, dan perilaku sehat.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa rendahnya hasil belajar pendidikan jasmani (PJOK) siswa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa temuan penelitian terkait dengan hasil belajar PJOK (1) Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk menjelaskan sebaran frekuensi hasil belajar PJOK siswa, (2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar materi kesehatan PJOK peserta didik dengan kategori sangat tinggi sebesar 48,82%, (3) Penelitian non eksperimen dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kebugaran jasmani siswa terhadap hasil belajar PJOK dan (4) Penelitian deskriptif dengan rancangan korelasional bertujuan untuk mengetahui keadaan tingkat kesegaran jasmani dan hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa rendahnya hasil belajar PJOK siswa dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti sarana dan prasarana, tingkat kebugaran jasmani, dan metode penelitian yang digunakan. Oleh karena itu, penting bagi guru dan institusi pendidikan untuk mempertimbangkan dan mengatasi faktor-faktor ini dalam proses pembelajaran dan pengembangan keterampilan siswa dalam bidang PJOK.
Disamping itu, dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran, namun kenyataan dalam proses pembelajaran masih menggunakan model konvensional dan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered learning), tidak menggunakan media pembelajaran sehingga kurang menarik perhatian siswa, kurang memberikan motivasi dan memberi kesempatan siswa untuk partisipasi aktif, dan sering memposisikan siswa sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensinya.
Melihat kondisi tersebut, maka guru mencari alternatif untuk memecahkan masalah pembelajaran PJOK. Guru mencari solusi untuk meningkatkan hasil belajar PJOK, baik secara individu maupun klasikal dengan mendesain kegiatan belajar mengajar yang lebih mengaktifkan siswa melalui pendekatan ilmiah. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan ilmiah yang mendorong siswa mampu mengamati, menanya, mengasosiasi dan mengkomunikasikan adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran PBL yaitu salah satu metode belajar aktif, karena model PBL ini dapat merubah kemampuan berfikir siswa melalui proses belajar yang sistematis, sehingga siswa dapat memperluas mengembangkan untuk mengasah cara berfikirnya secara optimal (Hijriah, 2020, hal. 174).
Menurut Glazer dalam Suarsani (2019) menyatakan bahwa PBL menekankan belajar sebagai proses yang melibatkan pemecahan masalah dan berpikir kritis dalam konteks yang sebenarnya. Melalui PBL siswa memperoleh pengalaman dalam menangani masalah-masalah realistis, dan menekankan pada penggunaan komunikasi, kerja sama dan sumber-sumber yang ada untuk merumuskan ide dan mengembangkan keterampilan penalaran.
Menurut Barrow dalam Yani (2020) menjelaskan enam ciri khusus dari PBL, yaitu, (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terjadi dalam kelompok kecil siswa, (3) guru berperan sebagai fasilitator, (4) masalah merupakan fokus dan stimulus dalam pembelajaran, (5) masalah merupakan jalan untuk pengembangan kemampuan pemecahan masalah secara klinis, dan (6) informasi baru diperoleh melalui pembelajaran yang mengarahkan diri.
Munurut Witkin (Yusnidah & Taruna) (2021:418) Gaya kognitif ialah suatu metode yang tidak berubah yang digunakan anak didik untuk mendapat suatu informasi, mengingat dan memecahkan suatu masalah berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dialami dalam amatan intelektual. Gaya kognitif dibagi menjadi dua kelompok yaitu gaya kognitif kelompok Field-Dependent (FD) dan kelompok Field-Independent (FI).
Menurut sampoernaacademy (2022) Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan yang memfokuskan siswa pada masalah autentik dan membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemandirian belajar, dan kepercayaan diri siswa. Berikut ini adalah tahapan dalam penerapan metode PBL:
1.Orientasi Siswa pada Masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, perlengkapan yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk aktif memecahkan masalah yang dipilih.