Lihat ke Halaman Asli

Eva Nurmayanti

Sebaik baiknya profesi adalah guru, yang ketika tiada maka amalnya akan terus mengalir

Sakitku karena Dia

Diperbarui: 11 Maret 2022   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gemericik hujan menemani Bu Nur berjalan menyusuri jalan yang belum begitu terang karna waktu baru menunjukan pukul 6. Dengan tarikan napas yang agak cepat Bu nur terus berjalan sambil merangkai kata kata yang hendak diucapkannya saat bertemu erah, amarah yang ada dalam dirinya meluap luap sampai Bu nur tidak menyadari bahwa beliau sudah dekat dengan rumah erah.Sayup sayup terdengar suara angin meniupkan dedaunan, membuat Bu Nur merasakan dinginnya cuaca di pagi hari. Daster tipis yang menutupi tubuhnya tidak bisa menahan hembusan angin yang masuk ke dalam pori pori tubuh Bu nur. Sesekali tangan Bu nur menggosok gosok kedua lengan nya berharap ada sedikit kehangatan namun tetap saja dingin itu sepertinya tidak bisa menjauh dari tubuh Bu Nur. Jarak rumah erah tidak begitu jauh dari tempat Bu Nur, dengan payung lusuhnya Bu Nur bersikeras untuk menemui erah karna ada hal penting yg harus di bicarakan, padahal Clau anak keduanya sudah berusaha melarang untuk pergi.

Awan biru sudah menampakan senyumnya dan Bu Nur pun tiba di depan pintu rumah erah. Dengan masih menahan amarah Bu nur mengangkat tangannya di atas pintu yang bercat putih itu.

Tok... tok.. tok...!!! Tangan Bu nur mengetuk pintu beberapa kali. Sambil menggosok gosok matanya erahpun membuka pintu.

Dan tiba tiba,

....plaaakkkkk !!! Tamparan keras mendarat di pipi sebelah kanan Erah. Seketika suasana hening, kedua nya saling bertatap mata dan Erahpun membuka mulutnya dan memberanikan diri untuk berbicara,

“Dari dulu sampai sekarang aku tidak pernah tau alasan kenapa kau selalu marah kepadaku, dan sekarang tiba tiba kau datang dan menamparku, apa salahku ?!” ucap Erah kepada Bu nur.

“ya aku memang selalu marah kepadamu, dan saat ini kau membuat kemarahanku memuncak” Jawab Bu nur.

“ kau tau kenapa aku sampai datang sepagi ini ?, Karna kau kemarin telah menjual tanah peninggalan almarhum emak” ucap Bu nur.

“Kau sebagai adik tapi kau selalu berkuasa atas semua harta benda peninggalan Emak, kau berani menjual semua peninggalan Emak tanpa berembuk dengan ku”.

Aku anak paling tertua di keluarga ini tapi kau selalu melangkahi ku, kau tidak menganggap aku sebagai kakakmu dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah baik kepadamu”, lanjut Bu nur.

“ ini... Inilah... Salah satu alasan kenapa aku tidak pernah melibatkan mu dalam hal apapun, kau sebagai kakak tertua tapi kau tidak pernah bisa menjadi tetua, terimakasih atas tamparannya dan sekarang kau pergi dari rumah ku” ucap erah sambil menangis dan menutup pintu rumahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline