Lihat ke Halaman Asli

EVA SUSANTY

Karyawati

Ceritaku dengan Kereta Api

Diperbarui: 3 November 2022   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Rangkaian ceritaku naik kereta api tidak panjang tapi lumayanlah kalau dibuat tulisan. Disini aku menulisnya menjadi beberapa point.

  • Waktu kelas 5 SD sekitar tahun 1980-an aku dan keluarga naik kereta api tujuan kampung orangtuaku yaitu Purworejo, kami turun di stasiun Kutoarjo. Kami naik kereta api rangkaian diesel kelas ekonomi. Pada waktu itu kereta api  kelas ekonomi sangat-sangat tidak nyaman. Untuk masuk kedalam gerbong kita harus berebut dengan sesama penumpang. Setelah didalam gerbong kereta kita masih harus berebut tempat duduk dengan sesama penumpang, sambil mencari-cari bangku yang sesuai dengan nomor tiket kita. Pemandangan yang biasa buat penumpang kalau ada insiden tempat duduk yang tertukar. Dan jangan diharapkan lampu dalam gerbong kereta berfungsi dengan baik, kita harus membawa persediaan lilin untuk berjaga-jaga kalau ternyata di gerbong yang kita tempati gelap gulita. Belum lagi aroma khas yang keluar dari toilet gerbong kereta, yah terima sajalah namanya juga naik kereta dengan harga murah.

  • Sudah beranjak remaja aku naik kereta rangkaian listrik atau KRL dengan teman SMEA, itu di sekitar tahun 1990-an. Awalnya jarak yang kutempuh tidak jauh hanya turun di satu stasiun. Karena kebetulan sekolahku dekat dengan stasiun. Dan masih nakal-nakalnya anak berseragam putih abu-abu, aku dan teman tidak pernah membeli tiket kalau naik kereta, karena kami pikir kan jaraknya dekat. Satu, dua, tiga kali kami lolos dari pemeriksaan tiket, tapi hari itu kami apes kena pemeriksaan petugas, tidak tanggung-tanggung petugas yang merazia tiket dari TNI AD. Sudah kebayanglah gimana jadinya waktu itu. Kapok naik kereta tidak membeli tiket, aku jadi selalu membeli tiket kalau naik kereta walaupun itu jarak dekat.

  • Kali ini aku dan teman-teman mencoba naik kereta ke berbagai jurusan. Kami berangkat dari stasiun Kota pergi ke arah stasiun Bogor. Dilain waktu kami melanjutkan perjalanan, dari stasiun Kota arah ke stasiun Tanah Abang. Selanjutnya dari stasiun Kota ke arah Rangkasbitung. Dan terakhir aku dan teman-teman mencoba rute stasiun Kota arah ke stasiun Purwakarta. Hanya sekedar untuk cari cerita dan pengalaman saja. Disetiap perjalanan kami yang singgah dari satu stasiun ke stasiun lain, selalu mempunyai cerita dan kesan yang berbeda-beda di dalam kereta.

  • Bersay hello dengan sesama penumpang kereta sudah biasa, dan disitu timbul rasa persaudaraan antara kami, ada chemistry yang kuat. Rasa itu muncul karena kami merasa senasib seperjuangan, harus berjuang untuk masuk ke dalam gerbong kereta, senasib punya ongkos yang pas-pasan jadi memilih untuk naik kereta (KRL/KRD) yang murah, meriah, tidak kena macet, selamat sampai tujuan dengan cepat dibandingkan naik bis angkutan umum.
  •   
  • Waktu itu aku dan teman-teman selalu bersemangat kalau pergi naik kereta (KRL). Kami memilih pergi pagi di hari libur kerja supaya tidak berdesak-desakan dan sudah pasti kami dapat tempat duduk, itu yang sangat diharapkan. Sepanjang perjalanan kami asyik menikmati pemandangan, menikmati setiap hentakan gerbong kereta yang berlari diatas rel. Suaranya yang khas tidak mungkin kulupa. Sambil mata kami terus memandang keluar jendela, pikiran melayang kemana-mana. Entah kenapa kalau naik kereta api jadi baper, menimbulkan semua gejolak rasa, rindu, sedih, marah, benci, kesepian yang panjang, sepanjang rangkaian gerbong kereta.

  • Itulah Memori Kereta Api yang tak kulupa dan masih membekas kuat di ingatanku sampai sekarang ini.

  • Terakhir aku naik kereta api (KRL) tiga tahun yang lalu sebelum pandemi Covid 19. Ternyata naik kereta api sekarang sudah jauh lebih tertib dan nyaman dibandingkan dengan masa aku sekolah dulu. Stasiun-stasiun sudah banyak yang direnovasi jadi terlihat lebih modern dan tidak kumuh. Nampaknya sekarang ini PT KAI terus bebenah untuk merubah wajah perkeretaapian menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline