Lihat ke Halaman Asli

Sahabat!

Diperbarui: 27 Oktober 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pertemuan ini harus dibatasi, sahabat! Ah.. pikiranku berkata demikian, namun suara yang muncul di sisi lain hatiku justru kebalikannya, ingin menemuimu, mendengar suaramu berbicara, dan bertukar pikiran denganmu.. Barang kali ini yang namanya jodoh..

 

Sejak kita saling bertemu dan makin sering bertemu, kita makin dekat. Tanpa terasa, tanpa sebuah perjanjian, kita mengikatkan diri pada sebuah perjanjian persahabatan. Selalu berbagi dengan menceritakan pergumulan masing-masing, itu yang terutama dalam persahabatan kita.

 

Sahabatku..  mungkin kita memang  berjodoh. Aku merasa kamulah sahabat yang bisa mengerti aku, kamulah sahabat dimana aku bisa menjadi diriku apa adanya. Aku tidak takut mengatakan hal-hal yang tidak kusukai tentang kamu, dan demikian pula kamu tak ragu mengkritik aku demi kebaikanku. Ah.. tampaknya kita cocok sekali…

 

Namun bukan jarang pula kita bertengkar. Justru seringkali dan selalu berulang..  menyakitkan..  sungguh  menyakitkan. Aku merasa seharusnya kamu lah yang paling mengerti aku, karena kamu sahabatku. Kamupun demikian, kamu merasa seharusnya akulah yang bertindak selayaknya seorang sahabat yang baik.

 

Tampaknya harapan-harapan yang muncul itu seringkali kandas.  Sebagai sahabat kita saling menyayangi, namun justru aku yang adalah sahabatmu ini yang paling sering menyakitimu. Sama juga sepertimu, sahabat.. justru kamulah yang sering membuat hatiku sedih, perih, pedih..

 

Kepedihan yang muncul tampaknya membuat ku ingin menjauh darimu.. aku tak ingin melanjutkan persahabatan ini. Persahabatan ini hanya menimbulkan luka dan air mata. Dalam pikiranku, jika kita saling jauh mungkin tak kan ada tuntutan berlebihan terhadap kamu, sahabatku.

 

Ah.. tapi tidak bisa.. hatiku menolak pikiranku.. dengan menjauh darimu, aku merindukanmu.. aku merindukan canda tawamu,  merindukan pemikiran-pemikiranmu,  merindukan kasihmu… bertahanlah dengan keadaan ini sahabat..

 

Sahabat.. maafkan aku.. Mari kita belajar menjadi sahabat yang baik. Sahabat yang  tidak saling menuntut.. saling memahami jika ada hal yang tidak sesuai harapan sebagai sahabat. Aku dan kamu tetap manusia biasa yang sering kali salah.. biarlah Tuhan yang menolong kita bertumbuh, melalui persahabatan kita.

 

Aku mengasihimu sahabat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline