Lihat ke Halaman Asli

Eunice Mariyani

Ditebus dan dibayar lunas

Apakah Jusuf Kalla Layak Dicalonkan Kembali Sebagai Wapres? (1)

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini adalah semacam kilas balik atau rangkuman apa yang telah diperbuat oleh seorang Jusuf Kalla bagi Indonesia. Boleh dipakai sebagai pertimbangan apakah Jusuf Kalla pantas dicalonkan kembali sebagai wakil presiden Republik Indonesia.

JK Berbuat Banyak Saat Menjabat Sebagai Wakil Presiden

Tidak dapat dipungkiri Dr (H.C.) HajiMuhammad Jusuf Kalla adalah tokoh penting yang dimiliki Indonesia. Ketika berduet dengan DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2004-2009, kerja pemerintah dianggap baik. Peranan seorang Jusuf Kalla dalam duet itu tidak bisa dipandang enteng. Bahkan banyak sekali yang telah dilakukan oleh seorang Jusuf Kalla bagi Indonesia saat itu.

Pada saat terjadi bencana tsunami yang sangat dahsyat di Aceh, 26 Desember 2004, seorang JusufKalla sebagai wakil presiden menggelar sidang kabinet untuk merespons tsunami yang begitu masif dampak dan eskalasinya. Saat itu Presiden Yudhoyono sedang tidak ada di Ibu Kota. Sebuat tindakan cepat tanggap dari pria berperawakan kecil kelahiran Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942.

Pascatsunami Aceh, JusufKalla berperan penting bagi perundingan damai GAM-Pemerintah RI, yang difasilitasi Swedia, sehingga melahirkan perjanjian damai Helsinki, 18 Agustus 2005, yang ditandatangani Hamid Awaludin (Menteri Hukum dan HAM, atas nama RI), Malik Mahmud (atas nama GAM), disaksikan Martti Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia sekaligus fasilitator proses negosiasi. Karena peranannya ini Jusuf Kalla mungkin patut diperhitungkan sebagai pemenang hadiah Nobel namun Martti Ahtisaari lah yang mendapatkan sebuah hadiah Nobel perdamaian.

Selanjutnya Wakil Presiden Jusuf Kalla menggoreskan tinta emas pada sejarah bangsa bahwa posisi wakil presiden Indonesia bukanlah sekadar "ban serep" bagi presiden tetapi membantu menyelesaikan tugas-tugas presiden. Banyak sekali yang dilakukan Jusuf Kalla sebagai bukti bahwa ia bukanlah sedekar “ban serep”. Masa-masa itu Jusuf Kalla memerintahkan banyak pabrik gula milik negara (BUMN) untuk menggunakan jasa para insinyur dari PT Rekayasa Industri untuk melakukan pemeliharaan mesin-mesin mereka, menggantikan para insinyur luar negeri. Kebijakan itu setiap tahun menghemat dana ratusan miliar rupiah.

Jusuf Kalla juga memerintahkan untuk membeli lebih dari 100 tangki produksi PT. Pindad (sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah Indonesia) supaya memungkinkan Pindad mendirikan pabrik untuk produk itu sehingga lebih bersaing. Itulah sikap dari pemimpin yang bangga akan produk dan manusia Indonesia serta mendorong penggunaan produk dan jasa perusahaan dalam negeri.

Jusuf Kalla selalu bangga terhadap Indonesia. Sikap yang langka bagi sebagian besar bangsa Indonesia. Krisis moneter, krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan dan bermacam-macam krisis lain yang tiba-tiba terjadi pada tahun 1997 telah mengikis rasa bangga terhadap negeri yang berpenduduk terbanyak ke-empat di dunia. Dulu Indonesia biasa juara SEA Games, tetapi sejak krisis 1997, di tingkat SEA Games saja Indonesia akrab dengan posisi tiga atau empat. Nilai Rupiah merosot. Mulai banyak tenaga kerja wanita bekerja di luar negeri sebagai tenaga kasar. Produktivitas kerja di dalam negeri sangat rendah. Infrastruktur negeri ini juga tidak memadai. Harga diri bangsa semakin terinjak-injak. Harga-harga barang naik tetapi harga diri turun. Bangsa ini mulai malu mengaku sebagai bangsa Indonesia. Namun tidak demikian dengan Jusuf Kalla. Anak saudagar dari Makasar yang sudah mulai menjaga toko ayahnya sejak berumur 8 tahun ini tidak pernah berhenti merasa bangga dengan bangsa Indonesia. Sikap yang patut dimiliki oleh seorang pemimpin Indonesia.

JK dan Joe Biden

Wakil Presiden Jusuf Kalla merupakan tamu pertama (rekan sejawat, yaitu wakil presiden pertama) yang diterima wakil Presiden Amerika Serikat,  Joe Biden, setelah 16 hari pemerintahan Barack Obama- Biden. Joe Biden dilantik pada 20 Januari 2009. JusufKallabertemu Joe Biden di Washington DC, pada hari Kamis 5 Februari 2009. Berhadap-hadapan dengan wakil presiden dari negara adidaya terbesar di dunia, Jusuf Kalla tidak memiliki rasa minder ataupun rendah diri. Ia menganggap Biden adalah mitra yang setara, tidak lebih rendah namun juga tidak lebih tinggi. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sejajar dengan bangsa Amerika Serikat. Tidak lebih dan tidak kurang.

Jusuf Kalla diterima di kantor Biden di West Wing Gedung Putih. Menurut  Kalla, Joe Biden belum siap menerima tamu-tamunya karena kabinetnya belum juga dilantik. Namun Jusuf Kalla diterima karena dia adalah wakil presiden dari Indonesia. Ini tentunya cukup membanggakan Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline