Lihat ke Halaman Asli

Euis Yani

Euis Yani

Kami Saling Jaga

Diperbarui: 10 April 2022   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tidak terasa beberapa hari yang lalu, adalah universarynya pernikahan  kami yang ke- 21. MasyaAlloh waktu yang tidak sebentar. Banyak cerita suka duka kami dalam menjalankan rumah tangga ini.

Suamiku sebagai nakhoda, ke arah kami mau di bawa. Saya sebagai ibu yang tentunya harus banyak petunjuk dari nakhoda. Tentu banyak yang terjadi. Alhamdulillah cinta kami kokoh karena Alloh selalu dilibatkan dalam mengambil keputusan. Kami memang tidak sempurna sebagai pasangan.

Saya sebagai istri, ibu dengan kedua anak yang sholeh dan sholehah. Kebetulan juga saya bekerja. Sedari sebelum menikah juga sudah bekerja, jadi tidak ada sesuatu yang terlalu menjadi masalah.

Bahkan saya bangga dengan kerjaan saya sekarang. Sebagai guru. Ya, guru adalah profesi yang saya cintai.

Kami saling jaga, suamiku selalu mendukung saya bekerja. Memberi kebebasan untuk berkembang sebagai individu merdeka. Saya pun demikian jiga suamiku minta izin untuk hang out bersama teman-temanya. Tapi, saya juga tahu kemana suamiku pergi. Ya, kadang ala-ala detektif gituhdan suamiku faham benar apa yang harus didekati dan di jauhi. Suamiku suka berkecimpung bersosialisasi dengan masyarakat, dan kebetulan seorang ketua DKM.

Anakku yang pertama, Alhamdulillah juga senang berorganisasi. Diambillah jurusan kuliah yang ia senangi yaitu hubungan Internasional. Kami doakan semoga anakku itu menjadi seorang pemimpin orang-orang bertakwa. "Lebih spesifik katanya mah mendoakan aanya, Aa mau jadi duta besar negara timur tengah".

Saya bangga dengan anakku yang pertama ini. Karakternya kuat, cocok jadi pemimpin masa depan.

Anakku yang kedua, Shabrina namanya. Dia sabar sesuai dengan namanya. Sabar bukan artinya diam saja. Tapi, sabar artinya manahan. Kalau kita marah, tarik napas dulu dalam-dalam. Jikalau marahnya sedang berdiri, silakan duduk dulu. Kalau kita sedang marah, jangan dulu berbicara. Kalau saya, sedang tidak enak dengan suami,
" Pa, mamah minta izin mau ngobrol sama Bapak, besok 15 menit saja ya"
Kata suami mungkin "Apa lagi?". Suamiku biasanya hanya mengangguk saja, tandanya setuju.

Memang perempuan, setiap harinya kata Ibu Aisyah Dahlan, harus mengeluarkan kata 16.000 perharinya. Jadi tidak aneh untuk para wanita lebih cerewet daripada kaum pria. Hal ini juga harus diketahui oleh kaum pria. Karena istri hanya mau didengarkan saja, setelah itu plong.

Karena suamiku tidak mau mendengar kata-kata atau keluhan terlalu banyak, cara saya adalah dengan menulis, untuk memenuhi yang 16.000 kata perhari itu. Kalau tidak disalurkan, penyakit asma saya bisa kambuh.

Satu lagi cara saya berkomunikasi dengan kedua anak saya adalah dengan  Qalbu komunication. Yaitu, libatkan Alloh, sebutkan nama anaknya. Contohnya adalah
" Ya Alloh, semoga aa Raihan cepat pulang, selesaikan urusannya dengan baik". Sontak itu mah dia memberitahu saya lewat wa
"Mah, aa masih di kampus, doakan ya cepat selasai dan lancar". Tenang kan, sebagai ibu komunikasi telepati ini sangat tajam dengan anaknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline