Kedua hal ini sering terjadi kesalah pahaman yaitu mengenai konsep islam yang sering dikaitkan dengan kasus-kasus terorisme yang terjadi di dunia. Meninjau keterlibatan tentang hal itu islam sendiri mengenal adanya Jihad yaitu berjuang di jalan allah, makna inipun kadang disalah artikan sebagai suatu tindakan yang tidak memiliki konsep hak asasi manusia, karena secara keyakinan berjuang untuk agama adalah kewajiban dan untuk merealisasikannya dengan cara membunuh atau membinasakan pun dianggap sah dan diperbolehkan. Anggapan seperti inilah yang sering dikaitkan dengan gerakan terorisme, justru sebenarnya terorisme hanyalah isu yang sengaja dikaitkan dengan keyakinan islam yang benar. Isu tersebut dimanfaatkan untuk merusak dan menghancurkan keyakinan islam, yaitu bahwa islam adalah agama radikal dan keras yang tidak menghargai demokrasi dan kebebasan-kebebasan lainnya. Islam memang mengatur tentang kehidupan di dunia, kebebasan tidak dipergunakan secara salah dan berlebihan, hal ini untuk kebaikan manusia sendiri. Maka dari itu islam mempunyai hukum yang ketat dan aturan yang tidak bisa ditawar secara logika, karena semuanya telah diatur dalam Al-Qur’an sebagai wahyu yang sempurna. Jihad pun dalam islam ada aturan dan ketentuan yang harus dipatuhi, bukan semata-mata tindakan menghancurkan yang sering dikaitkan dengan terorisme.
Pengertian dari terorisme sendiri yaitu tindakan yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik). Sedangkan teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik). Dan teror adalah perbuatan sewenang-wenang, kejam dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan. Sesuai dengan pengertian tersebut sebenarnya sudah jauh dari konsep islam yang sebenar-benarnya tidak memperbolehkan kekerasan dan kejahatan dalam bentuk apapun sesuai dengan HR. Ahmad “Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran islam. Dan orang yang paling baik islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya.”
Gerakan terorisme diberbagai belahan dunia umumnya didasari karena faktor politik, karena hal tersebut merupakan faktor terpenting dalam dunia internasional. Hal tersebut juga terjadi karena adanya keinginan dalam mementingkan kepentingan sendiri dan ingin merebut alih kekuasaan dunia. Maka teori konspirasilah yang akan berperan dengan mengadu domba mengatasnamakan teroris. Tindakan ini tergolong konspirasi karena kasus ini direncanakan diam-diam oleh kelompok, organisasi rahasia, orang-orang atau organisasi dimana dalam kasus terorisme pelaku sudah merencanakan terlebih dahulu tindakannya secara diam-diam.
Gerakan internasional-pun sering dikaitkan dengan islam. Keberadaan teroris yang membawa bendera islam ini memang ada dan tidak bisa dikesampingkan aksi-aksinya. Keberadaan mereka tidak hanya mengancam peradaban barat, tetapi juga merusak islam itu sendiri. Banyak kelompok-kelompok teroris yang mengaitkan gerakan terorisnya dengan agama islam melalui gerakan radikal dalam menggunakan konsep jihad yang mereka buat sehingga menimbulkan kontroversi dalam definisi jihad di dalam umat islam. Para golongan-golongan tertentu yang melakukan terorisme atas nama jihad, membuat masyarakat umum salah mengartikan pengertan jihad itu sendiri.
Akibat dari timbulnya gerakan terorisme yaitu banyaknya orang-orang yang tidak berdosa menjadi korban, kerusakan gedung-gedung serta fasilitas umum, timbulnya saling curiga antara agama satu dengan agama lain, Negara satu dengan Negara lain.
Masalah ini jarang disentuh oleh media massa ketika mengangkat isu terorisme adalah ketidak adilan global. Padahal faktor ketidak adilan global menjadi salah satu pemicu serangan terhadap barat atau objek-objek yang dianggap berhubungan dengan barat. Penjajahan yang dilakukan barat terhadap penjajahan zionis Israel di Palestina, merupakan cermin dari ketidak adilan itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI