Akhir Tahun Ajaran telah dipelupuk mata, banyak orang tua yang sedang sibuk mempersiapkan putra putrinya melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar. Sebagai perbincangan di setiap akhir dan di awal tahun pelajaran adalah calistung.
Calistung....??? Kata yang tidak asing ditelinga kita, baik di dunia pendidikan maupun di tengah masyarakat atau orang tua yang mempunyai anak di usia Taman Kanak-kanak maupun anak yang duduk di kelas bawah Sekolah Dasar.
Calistung menjadi isu bahkan menjadi jargon untuk bisa beralih dari jenjang TK ke SD. Segala upaya dilakukan baik oleh Guru maupun orang tua untuk bisa dikatakan calistung.
Memang sebuah paradoks calistung adalah hal yang memang tidak dibenarkan oleh perkembangan anak usia Taman Kanak-kanak apabila penerapannya menggunakan metode yang salah dan membuat anak tidak nyaman dengan hal tersebut.
Namun kenyataannya itu hal yang menjadi penting bagi orang tua dalam pendidikan bahkan sebagian Guru Sekolah Dasar.
Apa sih sebenarnya calistung tersebut sehingga terdengar istimewa di telinga setiap orang tua Indonesia, ya...Membaca, Manulis dan Berhitung.
Calistung sampai sekarang masih menjadi perbincangan hangat diantara Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Sekolah Dasar maupun orang tua. Karena kata tersebut sering menimbulkan perdebatan karena saling bertolak belakang.
Sebenarnya calistung itu di Taman Kanak-kanak diperbolehkan jika mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan anak, misalnya dari penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
Banyak hal dalam penyampaian calistung untuk anak usia TK dengan cara bernyanyi, menggambar, mendongeng, bahkan menari.