Lihat ke Halaman Asli

euis dinda

NIM : 202110230311191

Self-Diagnosis, Kebiasaan Menduga-duga yang Sangat Berbahaya

Diperbarui: 29 September 2021   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gampangnya mengakses sosial media, serta viralnya drama it's okay to not be okay, menyebabkan isu mengenai keshatan mental dan jiwa menjadi topik hangat di kalangan masyarakat. Hal ini tentu menjadi sebuah perkembangan yang baik, namun juga menyebabkan banyak sekali masyarakat yang "melabeli" diri sendiri memiliki gangguan mental tanpa adanya konsultasi dengan ahli kejiwaan. fenomena melabeli diri sendiri ini biasanya disebut dengan self-diagnosis.

Self diagnosis salah satunya dapat dipicu oleh sifat manusia yang memiliki rasa keingin tahuan tinggi, sehingga ketika merasakan keluhan mereka cendrung menanyakan dan mencari informasi tentang keluhan yang dirasakan kepada internet, bahkan tak jarang mereka enggan menemui ahli kejiwaan karna merasa semua keluhan yang dialaminya telah terjawab oleh internet, secara tak sadar mereka telah mendiagnosis dirinya sendiri.

Apa itu self-diagonosis

 Self diagnosis merupakan upaya yang dilakukan diri sendiri untuk mendiagnosis  dirinya mengidap penyakit atau gangguan, dengan pengetahuan yang dimiliki atau mencari informasi secara mandiri tanpa adanya arahan dari ahli kejiwaan.

Diagnosis penyakit atau gangguan mental  harus dilakukan oleh seorang ahli, yang bahkan melalui tahap yang panjang. Tak jarang pula ketika  berkonsultasi kepada dua ahli mental yang berdeba, hasilnya pun berbeda.

Mengapa self-diagnosis berbahaya??

Dilansir dari detik.com, self diagnosis sangat berbahaya, mencari informasi di google menegnai gejala atau ciri depresi lalu mengklaim diri sendiri mengidap depresi dan mengumumkannya di lingkungan sekitar sangat akan sangat berbahaya baik bagi individu itu sendiri atau bahkan lingkungannya, menurut Psikolog Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Retha Arjadi.

Selain itu mengapa self-diagnosis bebahaya, antara lain :

  • Memiliki segudang informasi tentang mental health, bukan berarti telah melakukan pelatihan dibawah pengawasan prefesional dan pengalaman, yang mampu mendiagnosis gangguan mental.
  • Sulitnya melihat diri sendiri secara obyektif. Dan juga ketika mendiagnosis diri sendiri anda tidak tahu penanganan apa yang tepat. Oleh karna itu diperlukannya konsultasi kepada ahlinya.

Dampak self-diagnosis

self-diagnosis merupakan cara yang sangat berbahaya, karna kemungkinan benar dari self-diagnosis sangat sedikit atau bahkan hal itu mengarah pada jawaban yang salah.

Misdiagnosis atau salah mendiagnosis salah satu bahaya dari self diagnosis. Misalnya ketika anda diliputi dengen kecemasan lalu anda mendiagnosis diri sedang mengalami gangguan kecemasan, yang bahkan ketika anda memeriksakan kepada yang ahli,  ada kemungkinan anda tidak ada gejala gangguan mental melainkan gangguan fisik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline