Lihat ke Halaman Asli

Film "Hope" Kisah Nyata dari Pelecehan Seksual

Diperbarui: 18 Oktober 2023   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Hope adalah film dari Korea Selatan yang  mendapat banyak penghargaan salah satunya film terbaik yang rilis pada tanggal 2 Oktober 2013. Film ini disutradarai oleh Lee Joon-ik dan dibintangi oleh Sol Kyung-gu sebagai Im Dong-hoon (Ayah), Uhm Ji-won sebagai Kim Mi-hee (Ibu), dan Lee Re sebagai So-Won (anak perempuan) yang membawa kita ke dalam perjalanan emosional yang penuh kepedihan, tetapi pada saat yang sama, menyajikannya dengan sentuhan haru yang luar biasa. Film yang berdurasi 2 jam ini diangkat dari kisah nyata kasus anak sekolah pada tahun 2008 di Korea Selatan. Film "Hope" menceritakan anak sekolah dasar kelas 2 yang berumur 8 tahun bernama So-won yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual oleh orang yang tidak dikenalnya.

So-Won merupakan anak periang yang hidup dari keluarga sederhana. Sang Ibu mengurus sebuah toko kecil miliknya di rumah mereka, sedangkan Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik. Hal tersebut menjadikan So-Won anak perempuan yang lebih mandiri dari teman-teman yang lain. So-won memiliki salah satu teman yang bernama Han Young-seok yang merupakan anak dari sahabat Ayahnya. Dia anak yang cuek dan sering beradu mulut dengan So-Won. Pada pagi hari, Han Young-seok berdiri di depan toko Ibu So-Won, lalu Ibunya bertanya kepada Han Young-seok apakah dia ingin menunggu So-Won untuk berangkat ke sekolah bersama. Namun, dia menggelengkan kepalanya dan pergi begitu saja. Setelah beberapa saat turun hujan yang sangat deras mengguyuri kota tersebut, sedangkan So-Won masih berada di rumah. Baru beberapa langkah keluar dari rumah, sang Ibu menawarkan dirinya untuk mengantarkan ke sekolah, tetapi So-Won menolak dan pergi ditemani oleh hujan. Lalu, sang Ibu mengingatkan untuk melewati jalan besar daripada gang sempit. Ketika setengah perjalanan menuju sekolah, So-Won mengabaikan peringatan sang Ibu dan lebih memilih melewati gang sempit agar cepat sampai ke sekolah. So-won bertemu dengan pria paruh baya yang kehujanan dan meminta untuk dipayungi. Namun, kejadian yang tidak pernah terbayangkan olehnya terjadi pada saat itu. So-Won dilecehkan dan mengalami kekerasan seksual di dalam sebuah gubuk dekat sekolah. Polisi mendatangi gubuk tersebut ketika mendapat telepon dari nomor yang tidak dikenal. Ibu So-Won menerima telepon dari Ibunya Han Young-soek bahwa di luar sekolah banyak polisi dan ditemukan perempuan sekarat di dekat lokasi pembangunan. Mendengar kabar tersebut membuat Ibu So-Won sangat khawatir. Perempuan yang dimaksud Ibunya Young-soek ternyata adalah So-Won.  So-Won dilarikan ke rumah sakit dan langsung mendapatkan penanganan yang intensif. Polisi yang menangani kasus ini menemukan kejanggalan. Beberapa bagian tubuh So-won ada sebuah goresan dan luka di bagian pentingnya yaitu usus halus dan anus. Hal tersebut mengharuskan So-won melakukan operasi besar dan So-won harus memakai kantong kolostomisepanjang hidupnya. Proses penyembuhan So-won membutuhkan waktu yang lama. So-Won mengalami ketakutan pada dirinya yang bisa disebut dengan kondisi trauma berat setelah kejadian itu. Sebelum So-Won melakukan operasi, ia sempat berbicara kepada ayahnya tentang peristiwa yang dialaminya. So-Won menjelaskan ciri-ciri pelaku dan meminta ayahnya untuk menangkap penjahat itu. Keluarga So-won berjuang untuk memberikan dukungan fisik dan emosional kepada anak mereka, dan mereka juga harus berurusan dengan hukum pemerintah untuk mencari keadilan. Keluarga Han Young-soek juga memberikan dukungan dan membantu keluarga So-Won. Trauma yang dialami So-Won membuatnya tidak ingin berbicara dan bertemu dengan laki-laki dewasa. Pihak rumah sakit menyarankan agar Sowon menjalani terapis melalui yayasan Sunflower. Kesedihan dialami oleh Dong Hoon bertambah. Putrinya tidak mau bertemu dengan ayahnya. Namun dia tidak kehabisan akal, Dong Hoon memakai kostum kesukaan anaknya agar bisa bertemu. Akhirnya pelaku pelecehan tersebut tertangkap. Namun pelaku mengaku bahwa pada saat itu ia sedang terpengaruh dengan mengkonsumsi minuman beralkohol, sehingga pelaku mengatakan bahwa tidak ingat atas kejadian itu. Hakim memutuskan pelaku dijerat hukuman yang tidak sesuai dengan pasal yang berlaku. Ayah So-Won tidak terima karena ia khawatir dengan So-Won jika sudah dewasa nanti, pelaku tersebut sudah keluar dari penjara. Ketika So-Won kembali masuk sekolah, dia di dampingi oleh Han Young-soek dan teman lainnya namun berada di belakang So-Won. Ayah So-Won tetap mengikuti anaknya dengan memakai kostum kokomong. Bahkan saat jam pelajaran, ayahnya di tengah lapangan melambaikan tangan kepada So-Won dengan memakai kostum kokomong kesukaan anaknya. Sampai ketika pulang sekolah, ayahnya membuntuti anaknya pulang dengan temannya. Disanalah So-Won kembali membuka diri kepada sang Ayah, ia memanggil dan menyuruh sang Ayah membuka kostum yang digunakannya. Tangis haru mulai dirasakan sang Ayah ketika tahu sang anak mulai kembali seperti biasa dan ingin berdekatan dengannya.

Pada film ini, akting setiap pemain sangat patut diberi apresiasi dan diacungi jempol karena sangat mendalami karakternya masing-masing. Terutama Lee Re diusianya yang masih dini, ia berhasil memerankan peran dan karakter So-Won yang luar biasa dan berhasil menyampaikan berbagai emosinya. Sol Kyung-gu dan Uhm Ji-won berhasil memerankan karakter sebagai orang tua yang merasa hancur dan gagal dalam menjaga anaknya. Kita sebagai penonton terbawa alur suasana yang berhasil membuat air mata mengalir sepanjang film diputar. Menurut kami film ini tidak hanya mengandung kesedihan saja, namun juga rasa emosional melihat interaksi antara ayah dan anak. Setelah kejadian yang menimpa So-Won, ayahnya tidak bisa lagi memperlihatkan dirinya sebagai seorang ayah jika ingin mendekati sang anak. Ia harus memakai kostum kokomong yang merupakan film kartun yang disukai anaknya. Namun, yang membuat film ini sangat luar biasa bukan hanya fakta bahwa ia didasarkan pada peristiwa nyata yang mengerikan, melainkan cara film ini memandang masalah tersebut dengan sangat mendalam dan kompleks.

Pada film ini banyak hal yang kita dapatkan setelah menontonnya. Betapa pentingnya menjalin pertemanan yang sehat antara satu dengan yang lainnya. Terbukti disaat Ayah So-won mengalami kendala akan biaya pengobatan dan kostum yang digunakan, temannya membantu hal tersebut menggunakan uang pribadi yang telah ia tabung selama ia bekerja. Saat Ibu So-won down karena anaknya mengalami hal tersebut, temannya datang memberi semangat dan membawakan makanan untuknya. Pentingnya mendengarkan perkataan orang tua jika sudah diberi tahu. Saat hujan deras, So-won disuruh oleh sang Ibu untuk melewati jalan besar. Namun, ia tidak mendengarkan dan memilih gang sempit yang cepat sampai ke sekolah, sehingga hal yang tidak diinginkan terjadi.

Hal yang sangat penting dari film ini adalah dampak pelecehan seksual itu sendiri terhadap kesehatan mental. Anak akan mengalami gangguan kesehatan mental berupa trauma berat kepada pria atau orang dewasa. Seringkali anak merasa ketakutan dan cemas karena berpikiran negatif tentang pandangan orang terhadap dirinya. Butuh waktu yang lama untuk memperbaiki mental yang sudah rusak apalagi setelah melewati kejadian yang mengerikan tersebut. Anak tersebut merasa tidak percaya diri jika dihadapkan dengan lingkungan  karena dia merasa dirinya sudah tidak baik seperti orang sekitarnya. Jika di luar pembahasan film, korban yang mengalami pelecehan bahkan kekerasan seksual akan memilih bunuh diri karena tidak mendapat penanganan yang baik dan dukungan karena merasa tidak ada yang peduli terhadap penderitaannya. Menurut studi, adanya trauma terhadap pelecehan atau kekerasan seksual menyebabkan perubahan fungsi dan perkembangan otak sang anak. Bisa juga, anak yang mengalami hal ini dewasanya akan takut atau fobia terhadap seksualitas karena telah mengalami kejadian mengerikan tersebut.  Untuk menghindarinya, orang tua harus berperan aktif dalam mengawasi dan mendidik anak. Beri tahu batasan-batasan dalam bergaul dengan teman. Pemerintah juga turut berperan melindungin hak anak dan berkewajiban menghukum pelaku sesuai dengan hukuman yang berlaku. Buat jera pelaku tersebut agar tingkat pelecehan seksual berkurang.

Sebenarnya pelecehan seksual itu tidak hanya berkaitan dengan kontak fisik saja, bisa dalam bentuk siulan, main mata, ucapan yang menggoda dan lelucon kotor seksual. Alasan mereka melakukan pelecehan seksual itu dikarenakan adanya suasana sekitar yang mendukung perbuatan tersebut, pelaku memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada korban, adanya gangguan kesehatan mental bisa berupa gangguan kepribadian yang mempengaruhi pengendalian diri dan perilaku orang tersebut, mengalami penyakit hypersex dimana pelaku memiliki hasrat seksual yang tinggi dan tidak dapat mengontrolnya. Tetap diingat bahwasanya bagaimana pun bentuk pelecehan seksual itu tetaplah salah jika dilakukan. Pandai-pandailah mencari dan bergaul dengan teman, hindari hal-hal yang mengarah ke negatif, hindari jalanan yang sepi atau pun yang ramai sampai berdempetan dengan lawan jenis, bersikap tegas terhadap pelaku pelecehan, dan lain sebagainya.

Ingat, mungkin luka fisik bisa sembuh dalam waktu dekat, namun luka psikis akan terekam oleh anak dalam waktu yang sangat lama,  perkembangan fisik dan mental juga terganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline