Lihat ke Halaman Asli

Menciptakan Ruang Publik yang Ramah Anak

Diperbarui: 26 Agustus 2019   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Setiap sore, sehabis mandi Arjuna (5 tahun) selalu rutin mengajakku untuk menemaninya bersepeda. Sampai sejauh ini saya membolehkan Arjuna bermain sepeda hanya sebatas lingkungan tempat tinggal saja. 

Maklum komplek tempat tinggal kami dekat dengan jalan raya yang volume kendaraannya cukup padat. Oleh karena itu saya tidak mengijinkan Arjuna main sepeda jauh dari rumah cukup di depan rumah. Kebetulan jalan raya persis di depan rumah tidak dilalui banyak kendaraan, saya jadi leluasa mengawasinya.

Selain Arjuna masih banyak anak-anak lain yang keluar untuk bermain, ada yang bermain petak umpet, gobak sodor dan lainnya. Pokoknya hampir setiap sore jalan raya di depan rumah selalu ramai oleh anak-anak. Baru setelah terdengar adzan Maghrib satu persatu mereka pulang, dan berulang keesokan harinya.

Melihat anak-anak tidak bisa bermain bebas, terpikir oleh saya tentang sebuah tempat untuk mereka bergerak. Anak-anak butuh ruang gerak yang memadai, mereka juga ingin aktivitas bermainnya tidak terganggu saat ada kendaraan melintas. 

Saya seringkali melihat, bila ada kendaraan lewat maka mereka harus ngalah memberi jalan buat kendaraan tersebut. Hal ini sangat jauh berbeda saat saya kecil dulu. Saya tidak pernah merasa terganggu ketika bermain, bahkan merasa sangat puas. Satu-satunya ganguan bermain saya adalah panggilan Ibu untuk segera pulang. 

Setelah lama berpikir, anak-anak di komplek tempat saya tinggal butuh ruang publik. Hanya saja bagaimana bentuk dan komponennya saya tidak tahu sama sekali.

Akhirnya saya menyadari bahwa Arjuna dan teman-temannya memerlukan tempat bermain dan berkumpul dalam Ruang Publik yang aman dan nyaman bagi mereka. 

Ruang Publik bukan cuma untuk kaum dewasa saja. Justru sedari kecil anak-anak sudah selayaknya mendapat kesempatan bermain di Ruang Publik. Mungkin puluhan tahun silam, hal ini boleh jadi tidak terpikirkan sama sekali karena lahan di Jakarta masih sangat luas. 

Rumah juga tidak berhimpitan seperti sekarang, bahkan dulu pekarangan rumah saya saja bisa dijadikan tempat untuk bermain Badminton. Tapi saat ini anak-anak butuh ruang, bukan saja untuk bermain tapi juga mengaktualisasikan dirinya.

dokumentasi pribadi

Sebenarnya di tempat tinggal saya bukan tidak ada tempat bermain, tapi lahannya kecil dan minim fasilitas. Tempat ini juga dibangun pada bantaran kali Pesanggrahan, di mana sisinya persis di pinggir sungai. 

Jadi kondisinya sama sekali tidak aman bagi tempat bermain anak-anak. Bisa jadi mereka akan tercebur ke kali saat bermain atau jatuh, pokoknya sangat mengkhawatirkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline