Lihat ke Halaman Asli

Puasa dan Menghargai Harga

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rasulullah saw biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa.”

(HR Ahmad dan al-Nasâ’i)

Marhaban yâ Ramadhân

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang benar-benar penuh dengan berkah dan keutamaan, bulan yang sangat diistimewakan oleh Allah SWT, di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, di dalamnya penuh dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka, bulan yang dirindukan kedatangannya dan ditangisi kepergiannya oleh orang- orang yang shalih. Pada bulan Ramadhan inilah kaum muslim seharusnya melakukan pengembaraan ruhani dengan mengekang nafsu syahwat dan mengisi dengan amal-amal yang mulia. Semua itu merupakan momen dan sekaligus sarana yang baik untuk mencapai puncak ketaqwaan kepada Allah SWT. Dosa dan kekhilafan juga merupakan sasaran yang akan kita hapuskan dalam bulan suci Ramadhan ini.

Sebagaimana hadist Rosululoh tersebut di atas, sudah menjadi kewajiban umat muslim untuk menyambut datangnya Ramadhan dengan gembira apapun dan bagaimanapun kondisinya. Contohnya saja seperti kondisi saat ini, menjelang detik-detik datangnya bulan puasa bangsa ini justru dirundung pilu. Gempa di Aceh salah satunya, sedangkan salah banyaknya adalah melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok. Melonjaknya harga kebutuhan pokok yang naik secara signifikan bukan hanya sembilan pokok saja, bahkan lebih. Mengapa ? Hal ini dikarenakan situasi awal puasa beriringan dengan kebutuhan anak-anak sekolah. Kebutuhan yang berbenturan ini membuat kaum ibu sebagai manajer rumah tangga harus memutar otak agar semua kebutuhan itu tercukupi.

Puasa tahun ini memang sangat berat, selain benturan kebutuhan ada hal lain yang tidak dapat dielakkan yaitu benturan antara ibadah dan ujian. Umat muslim di negri ini sedang mengalami ujian dengan rewards yang tinggi yaitu jannah. Fisik dan psikologis harus disiapkan semurni mungkin untuk menghindari kompleksitas keadaan. Jangan sampai hati, pikiran, perbuatan dan perkataan tergelincir ke arah ritme negatif. Penjagaan ibadah puasa kali ini memang harus benar-benar diperketat, agar ibadah yang dijalankan mendekati garis kesempurnaan. Untuk menyemangati kondisi ibadah puasa kali ini, Allah SWT mengingatkan umat muslim dengan ayatNya yang artinya : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS : Al-Baqarah 286).

Pembelajaran penting lainnya adalah, bahwa ibadah puasa sekarang ini umat muslim juga dituntut untuk menghargai harga kebutuhan yang melambung. Maknanya bahwa dengan berpuasa kita juga diingatkan untuk tertib menjaga menu saat berbuka. Nikmati menu berbuka dengan rasa syukur bukan dengan rasa kenyang. Atur semuanya dengan kecukupan dan bukan berlebihan. Diingatkan pula oleh Rosululoh, jangan sampai ibadah puasa yang dilakukan hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Akhirnya mau tidak mau kita harus sadari bahwa menghargai harga kebutuhan juga merupakan ritual ibadah. Begitulah umat muslim, diberi cobaan dia bersabar dan diberi nikmat dia bersyukur.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline