Lihat ke Halaman Asli

Waspadai Gejala TB dan Penderitanya

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13966131981692408650

Sumber Gambar

“Siapa yang meninggal Teh ?”tanyaku pada tetangga sebelah.

“Mang Karsa,”jawab si Teteh singkat.

“Sakit apa ?”tanyaku lagi.

“Katanya sih…TBC,”jawab si Teteh langsung pamit mau ngelayat.

Seminggu kemudian……..

“Siapa yang meninggal lagi Teh ?”tanyaku pada tetangga yang kemarin lagi.

“Mang Udin,”jawab si Teteh sendu

“Sakit apa ?”tanyaku tak kalah sendu

“TBC…!”jawab si Teteh lebih sendu

Fenomena di atas terjadi 7 tahun silam, di sebuah desa tertinggal di Kota Serang. Pada saat itu saya benar-benar tidak menyadari kalau ternyata saya telah tinggal di lingkungan yang penduduknya berpenyakit TBC ( sekarang disebut : TB ). Karena tempat kerja saya dekat dengan desa itu, maka saya menetap di situ selama tiga tahun. Desa ini memang termasuk desa tertinggal, dalam artian serba minus. Minus pendidikan, minus informasi kesehatan dan minus ekonomi pula. Padahal desa yang saya tinggali ini jaraknya tidak jauh dari Ibu Kota Jakarta, kurang lebih 30 kilometer, miris bukan ?

Berita kematian karena kena TB sudah merupakan hal biasa di desa itu, demikian pula dengan masyarakatnya. Mereka merasa aman-aman saja tinggal, bertetangga dan berkumpul dengan orang yang terkena TB. Mereka benar-benar tidak merasa takut tertular atau bahkan merenggut nyawa sekalipun.

“Teh, emang Mang Karsa sama Mang Udin nggak berobat ?”tanyaku beberapa hari kemudian.

“Sudah, tapi bosen disuruh minum obat terus. Obatnya kan banyak,”jawab Teteh datar.

Jawaban si Teteh memang benar, penderita TB, terutama penderita TB aktif harus minum obat dalam jangka waktu lama. Pengobatan dengan minum obat selama enam atau sembilan bulan tanpa putus dan ditaati.Oleh sebab itu penderita TB harus mengutamakan kedisiplinan dalam mengkonsumsi obat-obatan. Bukan hanya itu memberikan semangat untuk bisa melanjutkan hidup juga menjadi amat penting. Sepengetahuan saya, mayoritas penderita TB memang diderita oleh orang yang status sosialnya rendah, baik pendidikan atau ekonomi, ya contohnya seperti desa yang sempat saya tinggali ini. Mereka bisa bersikap acuh dan cuek terhadap penyakit TB, pola hidup kotor dan gemar merokok merupakan pemicu utama sebab terjangkitnya TB. Selain itu lingkungan kotor dan gizi buruk akan semakin memperparah penderita TB, udara yang bersih tidak menjamin orang dengan kualitas hidup rendah bisa terhindar dari TB. Melihat kondisi seperti itu, tidak menutup kemungkinan bahwa desa tempat tinggal saya dulu banyak penduduk penderita TB.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis ini dengan mudah menular dari satu orang ke orang yang lain. Bagaimana tidak, minum dari gelas yang satu dan memberikan api kepada yang lain bila merokok, merupakan keseharian masyarakat di desa tersebut. Pola kebersamaan yang salah, itulah yang terpikir oleh saya pada saat itu. Mereka bukan bersama-sama dalam menjaga kesehatan malah sebaliknya membiarkan tubuh sakit.

Masih pada kesempatan yang sama, saya bertanya lagi pada si Teteh,

“Teh, emang tahu darimana kalau Mang Karsa dan mang Udin kena TB,”tanyaku kali ini agak hati-hati.

“Kata dokter, soalnya waktu itu Mang Karsa pernah batuk darah. Nah, nggak lama dari situ Mang Karsa badannya jadi kurus. Katanya sih nggak nafsu makan,”jelas si Teteh panjang lebar.

Apa yang dikatakan Teteh memang benar, penderita TB akan mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis. Kondisi ini dialami karena kurang nafsu makan, sering letih dan lesu. Adapun ciri-ciri atau gejala lain dari penderita TB adalah :


  • ·Batuk yang tidak kunjung sembuh

  • ·Sesak napas dan nyeri pada bagian dada

  • ·Demam yang tak kunjung sembuh, bisa sampai sebulan ( 30 hari )

  • ·Sering berkeringat pada malam hari tanpa sebab

  • ·Sering merasa letih dan lesu

  • ·Kencing atau air seninya berwarna keruh atau kemerahan

Jadi amat mudah mengenali penderita TB, ciri-ciri yang paling menyolok adalah tubuh yang kurus serta batuk terus menerus. Nah, jika kita menemukan ciri-ciri fisik seperti yang sudah saya sebutkan, maka langkah selanjutnya adalah berobat. Namun tidak mudah menyuruh orang lain berobat jangan-jangan malah tersinggung. Beberapa cara yang bisa dilakukan kepada penderita TB adalah :


  • Memberikan edukasi tentang bahaya penyakit TB

  • Memberikan semangat hidup bahwa TB bisa disembuhkan, asal disiplin

  • ·Memberikan edukasi pentingnya hidup sehat dan makanan bergizi

  • ·Kalau batuk harus ditutup

Sedangkan untuk mencegah penularan TB ada beberapa hal yangmesti diperhatikan, yaitu :


  • Makan makanan yang bergizi, baik itu buah, sayur dan susu, tubuh yang sehat sangat kecil kemungkinannya untuk tertular

  • Terapkan pola hidup sehat dengan memperhatikan ruangan atau rumah, pastikan bahwa rumah sudah memiliki fentilasi yang baik

  • ·Tidak merokok, karena merokok dapat mengurangi nafsu makan dan dampak buruk lainnya

  • ·Menggunakan masker bila ingin bepergian

  • ·Menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan makanan

  • ·Sesering mungkin mencuci tangan, terutama bila ingin makan

Bentuk yang lebih konkrit untuk membantu penderita TB agar cepat teratasi adalah dengan menganjurkannya berobat. Setelah berobat diperlukan juga pengawasan karena pengobatan ini memerlukan kedisiplinan pasien dalam mengkonsumsi obat dan menerapkan pola hidup sehat. Ke dua saran ini memang sangat berat, maka dari itu memberikan kepahaman tentang penyakit TB juga harus diperlukan. Hal yang harus ditekankan adalah bahwa penyakit TB adalah penyakit menular dengan durasi penularan sangat cepat karena ditularkan melalui udara.

Apabila seorang pendeita TB bersin maka bakteri yang keluar akan tertiup angin dan terhirup oleh orang yang sehat. Tak perlu waktu lama, bakteri itu akan berkembang biak di dalam tubuh orang sehat tadi sampai akhirnya tertular. Begitu pula dengan ludah atau lendir yang keluar pada saat batuk, sedikit saja terkena orang yang sehat, maka bisa menular. Berobat dan disiplin adalah kunci agar penderita sembuh dari TB. Bagi saya, sehat itu indah dan nikmat, oleh sebab itu jangan takut sehat sekalipun harus mengkonsumsi obat dalam waktu lama.

Ingat ! Menyembuhkan satu orang penderita TB akan menyelamatkan 10 – 15 orang setiap tahunnya.

1396613291959875413


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline