Lihat ke Halaman Asli

Meneropong Infrastruktur PU Melalui Perpustakaan Kementrian PU

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dulu, sekitar tahun 1977 an saya mengenal PU sebagai tukang angkut sampah dan membetulkan jalan. Dan bahkan sampai hari ini pun image PU hanya dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai tukang membetulkan jalan. Setiap ada jalan yang rusak atau melihat tumpukan sampah PU lah yang selalu disalahkan. Berbagai kalimat negatif dilontarkan pada PU karena dianggap tidak becus dalam mengurus kepentingan masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah.Pokoknya PU selalu menjadi imbas kesalahan dalam hal pemerataan pembangunan. Ada dua pertanyaan yang tersimpan dalam hati saya, apakah memang demikian adanya ? Benarkah semua itu ? Untuk mendapat jawaban yang pasti dari pertanyaan tersebut, sayapun mendaftarkan diri pada acara yang diadakan oleh Kompasiana. Saya berharap bahwa pertanyaan tersebut dapat terjawab sehingga sayapun dapat menginformasikannya bagi masyarakat Indonesia.

Acara rutin yang digelar oleh Kompasiana ini bertajuk “Nangkring Kompasiana Bareng Kementrian PU” dengan mengangkat tema : Mengenal Infrastruktur PU Lewat Perpustakaan Kementrian PU.Membaca tema tersebut saya serasa diguyur hujan setahun, karena tema tersebut sangat mengena dengan apa yang selama ini terpendam. Acara tersebut diselenggarakan pada tanggal 27 April 2014 bertempat di Gedung Heritage tepatnya di Ruang Perpustakaan Multimedia KementerianPU, Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="Peserta Nangkring dan Seorang Penanya"][/caption]

Acara yang sempet molor selama satu jam tersebut dimoderatori oleh Redaktur Kompasiana, Iskandar Zulkarnaen. Selain Mas Isjet—sapaan akrab Iskandar Zulkarnaen, hadir pula punggawa Kompasiana lainnya seperti Pepih Nugraha dan Nurulloh, serta 50 orang Kompasianer dari beragam latar belakang profesi. Sedangkan para pembicara yang hadir dari Kementrian PU adalahSekretaris Jenderal Kementerian PU, Ir. Agoes Widjanarko, MiP, Inspektur Jenderal Kementerian PU, Ir. R. Bambang Goeritno Soekamto, MSc, Mpa, Kepala Pusat Komunikasi (puskom) Publik Kementerian Pekerjaan Umum, Ir Danis Hidayat Sumadilaga, MengSc, Staf Ahli Menteri Bidang Keterpaduan, Ir. Taufik Widjojono, MSc. dan beberapa pejabat lainnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="508" caption="Para Narsum dari Sekjen PU"]

Para Narsum dari Sekjen PU

[/caption]

Langkah PU dari Masa ke Masa

Siapa sih yang tidak tahu Monas ( Monumen Nasional ) ? Bangunan yang di ujung atasnya terdapat kobaran api berwarna emas tersebut menjadi ikonnya Ibukota Jakarta. Jujur saja, selama hampir 40 tahun lebih sebagai warga Jakarta, saya baru tahu tentang pembangunan Monas tersebut, padahal saya sudah beberapa kali mengunjunginya. Pemancangan pertama kali tiang Monas dilakukan pada bulan Agustus 1961 oleh Presiden Soekarno. Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 17 Agustus 1964 dimulailah konsruksi badan Monas, hingga selesai beberapa tahun kemudian. Monas merupakan salah satu dari beberapa pembangunan yang dikerjakan oleh PU. Baru sampai di sini saya sudah merasa bahwa selama ini pengetahuan saya tentang Kementrian PU yang pada jaman kolonial Belanda bernama Departement Burgerlijke Openbare Werken ini sangat minim.

[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="Monas di masa pembangunannya"]

[/caption]

Pemaparan pertama tentang perkembangan PU disampaikan oleh Bapak Ir. Agoes Widjanarko. Beliau dengan gaya santainya menjelaskan sejarah dan perkembangan PU dari masa ke masa. Dimulai dari jalan Tol Jagorawi yang menghubungkan wilayah Jakarta – Bogor – Ciawi ini ternyata merupakan jalan tol pertama yang dikerjakan oleh PU pada tahun 1973.Adapun yang menjadi Pimpro ( Pimpinan Proyek ) pada saat itu adalah Ir. Rachmadi Bambang Sumadijo dan membawanya menjadi Mentri Pekerjaan Umum pada masa Soeharto sampai berakhir tahun 1999. Bukan hanya itu, masih ada Ir. Sutami yang mendesain jalan lingkar Semanggi dengan menganut filosofi daun semanggi. Hasil karyanya ini mendapat sambutan positif dari berbagai Negara di Asia Tenggara dan juga Asia. Ir. Sutami juga telah mencatatkan namanya menjadi Mentri PU terlama, selama hampir 14 tahun dari tahun 1964 sampai tahun 1978.

Sampai di sini, saya masih mengasumsikan bahwa apa yang dikerjakan oleh PU hanya jalan dan jalan saja. Bahkan pada saat sesi tanya jawabpun, mayoritas dari penanya hanya bertanya tentang jalan dan perbaikannya. Saya sempet merasa boring juga dengan acara ini, sampai pada akhirnya salah satu pembicara lainnya, yaitu Bpk. Bambang menambahkan, bahwa sebenarnya pekerjaan PU yang dulu bernama Departemen Pekerjaan Umum ( DPU ) ini bukan hanya berkutat pada jalan saja. Beberapa pekerjaan yang dikerjakan oleh PU dikenal dengan slogan ABC ( Air, Bina Marga dan Cipta Karya ).

Nah, dari sinilah mulai terkuak bahwa apa yang selama ini dikerjakan oleh PU begitu banyak ragamnya, terutama pada masa kepemimpinan Bpk. Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE yang beberapa waktu lalu mendapat anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada. Tak lama kemudian Pak Agoes pun melanjutkan pemaparannya tentang ABC.Dalam mengelolatata air, PU telah melakukan pembangunan beberapa proyek berupa waduk, sungai/kali dan Labuan. Beberapa waduk yang sudah dibangunnya adalah Waduk Jatibarang yang terletak di Kota Semarang. Pembangunan waduk ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Jepang melalui program Integrated Water Resources and Flood Management Project ( IWRFMP ) for Semarang. Kerjasama ini terdiri dari 3 komponen, yaitu normalisasi kali Garang/Kanal Banjir Barat, perbaikan drainase Kota Semarang dan Pembangunan Waduk Jatibarang.Pembangunan waduk ini dimaksudkan untuk menahan air pada waktu rob dan kegiatan lain, mengingat Kota Semarang juga selalu memiliki masalah banjir.

[caption id="" align="aligncenter" width="501" caption="Pembangunan Waduk Jatibarang - Semarang"]

Pembangunan Waduk Jatibarang - Semarang

[/caption]

Selain di Kota Semarang ada juga Waduk Jatibarang di Sumedang dan Jaringan Irigasi di Lombok. Pembangunan irigasi di Lombok ini dibuat untuk mengairi persawahan di Lombok, utamanya Lombok Tengah dan Lombok Timur. Hal ini dikarenakan curah hujan pada ke dua kota ini memiliki curah hujan yang cukup rendah dengan kisaran 836 mm.

[caption id="" align="aligncenter" width="501" caption="Jaringan Irigasi di Lombok "]

Irigasi

[/caption]

Lebih jauh lagi Pak Agoes menjelaskan juga tentang infrastruktur yang mencakup Bina Marga. Sepertinya infrastruktur Bina Marga inilah yang paling banyak dikenal oleh masayarakat Indonesia, yaitu berupa jalan dan jembatan. Tidak berpanjang lebar Pak Agoes langsung menjelaskan infrastruktur terakhir yang telah diselesaikna oleh PU dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sebut saja ada jembatan Suramadu ( Surabaya dan Madura ), Kelok 9 di Sumatera dan Tol Bali Mandara di Bali. Oh ya, untuk artikel ini, saya pernah menang dalam lomba blog yang diadakan oleh Litbang PU beberapa waktu lalu. Ini link artikel tersebut.

Takjub, itulah gambaran terakhir saya tentang pencapaian infrastruktur PU pada dasawarsa terakhir ini. Untuk pembangunan Cipta Karya sendiri, Pak Agoes menginformasikan bahwa PU juga telah membangun beberapa proyek perumahan berupa rusunawa. Salah satu rusunawa yang sudah dicapai PU adalah Rusunawa Sawahlunto, yang dibangun sebanyak 198 unit hunian dengan type 24. Pembangunan yang menghabiskan dana Rp. 28,85 milyar ini murni bersumber dari APBN. Pembangunan rusunawa ini bertujuan untuk meminimalisir jumlah masyarakat miskin yang bermukim secara liar di perkotaan padat. Dengan begitu kehidupan roda sosial juga akan meningkat, apalagi Kota Sawahlunto sedang giat menggalakkan sektor pariwisata.

[caption id="" align="aligncenter" width="302" caption="Rusunawa di Kota Sawahlunto"]

Rusunawa

[/caption]

Bukan hanya itu, PU Juga meluncurkan sebuah karya aplikatif dari Balitbang Kementrian PU, yaitu Rumah Instant Sederhana ( RISHA ) yang turut diterapkan untuk membantu pembangunan kembali permukiman di Aceh pasca tsunami 2004 lalu. RISHA ini dibangun mengingat sifatnya yang praktis dan dapat diandalkankekuatannya. Sebagai apresiasi dari karya ini, RISHA juga sudah dipakai di Negara lain yaitu Pakistan.

Sekarang jelas bagi saya, bahwa ternyata PU bukan hanya membetulkan jalan saja, akan tetapi banyak sekali pembangunan yang sudah dikerjakannya dari wilayah Barat sampai Timur. Dan semua hasil pembangunan tersebut sudah dapat dirasakan sendiri oleh masyarakat setempat. Pembangunan yang berkesinambungan dan berorientasi pada kemasyarakatan ini akan terus dilakukan sepanjang masa.

Perpustakaan Sebagai Sarana Publikasi

Seyogyanya pencapaian tersebut selain dapat dirasakan oleh masyarakat setempat juga dapat diketahui oleh masyarakat Indonesia secara umum. Nah, untuk mempublikasikan proyek-royek yang sudah dikerjakan oleh PU ini, Kemen PU memanfaatkan fungsi dari perpustakaan, yaitu Informatif, Edukatif, Penelitian, Rekreatif dan Administratif.Sebagaimana kita ketahui bahwa perpustakaan adalah tempat yang tepat untuk mendokumentasikan segala kegiatan, bisa berupa buku, majalah, audio visual, CD, DVD, CD-ROM dan Internet. Dengan demikian pencapaian PU dapat diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia secara meluas. Perpustakaan yang dimiliki oleh Kemen PU ini berada di Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru – Jakarta Selatan, terletak di gedung yang berbeda. Perpustakaan I terletak di Gedung Pusdata Lt. 1 dan Perpustakaan II di Gedung Utama Lt. 1.Jam operasional setiap hari kerja mulai jam 08.30 – 16.00 WIB.

Bagi mereka yang tinggal di luar Jakarta tak perlu khawatir tidak bisa berkunjung ke sana karena Perpustakaan Kemen PU ini juga dapat diakses melalui internet dengan URL : http://pustaka.pu.go.id atau melalui email : perpustakaan-pu@pu.go.id.

[caption id="" align="aligncenter" width="508" caption="Fasilitas Perpustakaan Kemen PU"]

Fasilitas Perpustakaan Kemen PU

[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="389" caption="Koleksi buku di Perpustakaan Kemen PU dari Jaman Belanda"]

Koleksi buku di Perpustakaan Kemen PU dari Jaman Belanda

[/caption]

Dengan demikian semua informasi atas pencapaian PU dapat diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia. Selain itu lewat perpustakaan ini juga dapat membuka arus komunikasi dua arah, dalam arti masyarakat bisa memberikan masukan-masukan positif bagi PU demikian pula sebaliknya PU juga dapat menginformasikan tentang proyek-proyek yang sedang ataupun akan dikerjakan.

Sudah menjadi ritual, setiap perhelatan yang digelar oleh Kompasiana selalu ditutup dengan pemberian plakat kenang-kenangan dari pihak PU yang diterima oleh Mas Pepih Nugraha dan tentunya foto bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline