Lihat ke Halaman Asli

Waspadai Cara si Penipu Memanfaatkan Emosi dan Menjerat Korban!

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Etty Lismiati

Dasyat cara-cara yang dilakukan penipu belakangan ini. Saya jadi ingat kejadian hari Senin, 25 Maret lalu yang menimpa salah seorang murid saya,  siswa kelas VII. Si ibu sampai pingsan mendengar kabar dari seseorang yang mengaku dokter di salah satu rumah sakit, yang mengabarkan anaknya berada dalam kondisi kritis dan butuh tindakan lebih lanjut untuk menyelamatkan nyawanya. Dokter itu katanya memberi sedikit informasi, bahwa anak itu jatuh di sekolah. Segera paman si murid ini mendatangi pihak sekolah, lalu bertemu saya dan beberapa guru lainnya yang kebetulan sedang berada di ruang guru.

Dengan tergopoh-gopoh dan nafas tersengal-sengal, menanyakan keadaan keponakannya. Kami segera menyuruhnya duduk dan memberinya minum. Ketika kami mengatakan bahwa anak itu sedang asik mengerjakan soal-soal ujian tengah semester di kelasnya, sehat wal'afiat segar bugar.  Wajah khawatirnya pun berangsur-angsur sirna, lalu segera menelepon ke rumah.  Salah seorang guru, yang kebetulan menjadi wali kelasnya, langsung ke kelas  anak itu di lantai 4,  memintanya  ke ruang guru segera setelah UTS selesai.

Tidak lama kemudian si ayah datang, lalu menciumi anak laki-laki semata wayangnya ini dengan  penuh rasa sayang ketika siswa itu  muncul di ruangan. Air mata bahagia seorang ayah, memberitahu kami betapa kedua orang tuanya  amat menyayanginya. Si murid yang merasa sudah bukan anak kecil lagi di usia awal remaja ini, hanya cengengesan saja dengan wajah kebingungan  malu-malu, mendapat peluk cium dari sang ayah yang bertubi-tubi, dihadapan guru-guru.  Menurut ayah anak ini, dia nyaris saja percaya karena nama yang disebutkan adalah nama anaknya, dan sekolah yang disebutkan juga benar. Apalagi gedung sekolah kami memang berlantai 4. Apa yang ada di benak ke dua orang tua siswa ini ketika mendengar kabar bahwa anak mereka jatuh, sangat menakutkan tentu saja. Untunglah pihak keluarga belum sempat mentransfer sejumlah uang yang diminta penipu yang mengaku dokter itu. Tapi bertindak tepat dengan segera menghubungi pihak sekolah.

Modus operandi seperti ini sudah beberapa kali menimpa murid kami. Pertama kali terjadi tahun lalu. Seorang murid perempuan dikabarkan kecelakaan, lalu orang tuanya menelepon ke sekolah. Ternyata anaknya sedang asik belajar. Kejadian serupa terulang lagi menimpa murid lainnya, juga dengan cerita senada. Berarti si penipu cukup berhasil, mungkin terjadi juga pada murid sekolah lain, sehingga dia menggunakannya lagi. Sebab kalau tidak, cara seperti ini sudah ditinggalkan lalu muncul cara baru.

Modus seperti ini rupanya sudah lama digunakan si penipu, dan masih digunakan juga hingga saat ini.  Si penipu memanfaatkan emosi dan menjerat orang tua yang mudah  panik jika terkait soal keselamatan anak. Orang tua mana yang tidak was-was jika mendengar anaknya kecelakaan ?

Atau model penipuan lainnya dengan menggunakan suara anak perempuan yang sedang menangis. Yang model begini,  diawali dengan suara mengaku dari pihak kepolisian yang mengatakan anak perempuan kita sedang berada dalam masalah. Mereka  yang kebetulan memiliki anak perempuan, diharapkan si penipu tidak sempat berpikir dan menyelidiki benarkah yang menangis itu anaknya. Lagi pula suara anak perempuan menangis ditelepon, agaknya akan mengundang emosi dan kepanikan orang tua. Kondisi panik inilah yang diharapkan penipu untuk menggarap korbannya.

Sejauh ini segala penipuan yang berkembang dimasyarakat tujuannya adalah uang. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk lolos dari penipuan ?

1.Jika menerima kabar yang tidak enak dan membuat khawatir, jangan  panik. Apalagi jika sudah diminta untuk  mentransfer sejumlah uang. Segera selidiki kebenaran berita tersebut. Jika panik kita tidak sempat berpikir lagi dan menyelidiki kebenarannya.

2.Jika seseorang menghubungi bahwa kita mendapat hadiah menggiurkan yang baru diundi salah satu stasiun TV tadi malam, atau undian dari salah Operator Telepon, langsung cek ke stasiun TV tersebut atau ke Operator Telepon yang disebutkan. Jangan sekali-kali menelepon ke nomor yang dia berikan, sebelum kita cek kebenarannya.

3.Jika menerima sms yang isinya minta pulsa atau diminta mentransfer uang ke nomor rekening tertentu, delete saja karena model penipuan begini sudah basi.   :)

4.Jika ada sms yang menyebutkan tanah sudah di jual atau uang kontrakkan sudah diambil alih dan diminta menghubungi seseorang dengan nomor tertentu, abaikan saja! Karena sudah basi juga. :)

Tapi nampaknya serapi apapun si penipu membuat skenario, jika kita cermat dan teliti selalu ditemukan kejanggalan. Mari kita cermati kejanggalannya dan menyelidiki sebelum kita terlanjur di “garap”nya. Belakangan ini ada penipuan melalui email. Tak ada salahnya kita tahu berbagai modus yang sudah dilakukan penipu menjerat korbannya, supaya kita bisa lebih waspada, seperti  yang ada di sini :

1).  http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/29/hati-hati-menipu-dengn-modus-baru-541384.html

2). http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/03/29/waspada-kriminal-541372.html

Jakarta, 29 Maret 2013

Salam Hangat dan Semangat

Etty Lismiati :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline