Lihat ke Halaman Asli

HIDUP SEHAT TANPA ASAP ROKOK, SEBUAH KAMPANYE TERSELUBUNG…???

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rokok, candu yang diperangi...

[caption id="" align="alignleft" width="173" caption="Rokok, candu yang diperangi..."][/caption] Oleh : Etty Lismiati Suami saya perokok berat, dia selalu punya segudang bukti untuk mementahkan segala argumen yang mengatakan rokok itu tidak baik bagi kesehatan. Dulu saya sering menganjurkan untuk mengurangi rokok. Tiap kali dikatakan tak ada gunanya merokok, makadia akan bilang tak ada gunanya melarang. Karena rokok sudah menjadi satu kesatuan dalam hidupnya. Saya kira, dengan pola hidup seperti itu puluhan tahun, paru-paru dan jantung mestinya sudah bolong, eh maksud saya minimal ada gangguan di paru-paru. Tapi nyatanya tidak. Begitu juga dengan organ tubuh lain yang disinyalir akan terganggu akibat merokok, ternyata masih berfungsi dengan baik. Tadinya saya pikir, paling tidak ada flek di paru-parunya. Ya, Alhamdulillah, dari pemeriksaan medis semuanya bagus.

Suami saya mulai merokok sejak duduk dibangku kuliah. Sepertinya semakin bertambahnya usia konsumsi dan ketergantungannya pun kian bertambah. Dulu, masih bisa dia menghabiskan satu bungkus rokok saja dalam sehari. Tapi sekarang dua hingga tiga bungkus rokok dalam sehari, mungkin bisa lebih. Semua teman-temanya pun sama saja, perokok !

[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Kenikmatan sebatang rokok."]

Kenikmatan sebatang rokok.

[/caption] Dalam anggaran rumah tangga kami, rokok masuk dalam daftar sembako pada urutan teratas, yang tidak bisa digantikan. Harus ada. Bagi dia rokok lebih utama dari pada beras. Mengajak dia mengkalkulasi berapa besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk rokok dalam sehari, sebulan dan setahun, aaachh… sama saja dengan mengajaknya ribut. Mengalihkan anggaran rokok untuk keperluan rumah tangga lain, bagi dia berarti memicu pertengkaran.

Tetangga kami yang merekok sejak usia belasan hingga sekarang di usianya yang ke 78, kelihatan masih sehat dan energik. Penyakit yang dideritanya sama seperti lansia umumnya, encok atau pun rematik. Mengenai paru-paru dan jantung, dari pemeriksaan dokter katanya bagus. Dia nampak sehat sampai saat ini. Meskipun sudah lanjut usia, ada-ada saja yang dikerjakannya. Nampaknya sejak muda kakek ini tak suka berpangku tangan. Beberapa hari yang lalu saya masih melihatnya sedang asyik membersihkan sampah-sampah yang menyumbat disaluran air/got di depan rumahnya.

Bukan berarti saya menyetujui suami saya merokok. TETAP TIDAK! Hanya saja saya bosan mendengar segala argumennya tentang rokok yang katanya justru meningkatkan gairah dan konsentrasi. Bahkan dia bilang, penelitian terbaru menemukan bahwa rokok dapat digunakan sebagai obat. Kandungan yang ada pada tembakau dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Terapi melalui rokok ini disinyalir sudah dipatenkan oleh penemunya.

[caption id="" align="aligncenter" width="276" caption="Foto diambil dari sini: http://citraindonesia.com/wp-content/uploads/2012/04/tembakau-medanbisnis-566-ok.jpg"][/caption]

Suami saya sepertinya mempunyai keyakinan sendiri terhadap gencarnya iklan rokok.  Sebuah buku yang diterbitkan oleh Indonesia Berdikari (Jakarta),  berjudul "kriminalisasi berujung monopoli" merupakan hasil penelitian serius yang dipublikasikan bukan sebagai kampanye tandingan. Tapi mengajak masyarakat kita lebih rasional mencemati dan membuka wacana lebih luas.  Ada pihak-pihak dengan kekuatan global ingin menguasai perdagangan tembakau di seluruh dunia. Pihak-pihak disini, bisa berarti sebuah bangsa, lembaga atau pemerintahan yang punya pengaruh besar dalam mengendalikan kebijakan negara lain. Melalui kampanye anti rokok secara luas dan besar-besaran ini dapat membatasi jumlah perokok di seluruh dunia. Gencarnya iklan anti rokok sebenarnya sebuah agenda terselubung, untuk membatasi penggunaan tembakau yang dijadikan rokok oleh negara-negara penghasil tembakau. Intinya monopoli perdagangan tembakau, ada kepentingan bisnis multinasional yang bermain dengan manis di belakangnya. Bukan murni demi kesehatan. Kampanye besar-besaran pun dilakukan, bombastis dan lebay karena adanya tekanan rezim internasional terhadap industri rokok dan tembakau dalam negeri. Bagaimana menurut anda?

Jadi penjelasan betapa bahayanya zat-zat yang terkandung dalam sebatang rokok, tidak akan mempan bagi suami saya. Mulai dari inpotensi, kanker, hipertensi hingga kematian, bukan hanya karena rokok. Kampanye yang digembar-gemborkan dengan fakta kematian tidak menunjukkan angka yang signifikan. Sebuah pembodohan terselubung. Suami saya hanya akan berhenti merokok ketika batuk. Maksudnya, hanya jeda sekian detik dari batuk, lalu merokok lagi. Katanya tak mungkin merokok sambil batuk. Hmmm…dasar perokok, ada-ada saja ! Apa punlah argumennya, selama dia “merasa” oke-oke saja, gimana lagi ? Oke-oke saja, sekarang… Gak tau ya nanti !

[caption id="" align="alignright" width="262" caption="Asbak yang bergambar paru-paru , maksudnya supaya perokok merasa membakar paru-parunya sendiri ?"][/caption] Saat ini saya tidak perduli lagi, berapa batang rokok yang dia bakar, berapa banyak zat-zat beracun yang masuk ke paru-parunya. Percuma saja melarangnya. Beberapa keberatan saya terhadap rokok adalah karena asapnya bikin pusing, debunya mengotori ruangan. Meskipun ada asbak, debu masih saja berceceran diskitarnya. Saya sebal debu rokok. Jadi ada satu wilayah dalam rumah yang tidak saya sentuh. Dikatakan smooking area juga bukan, sie.. karena nyaris segala aktifitas suami dilakukan di area ini. Jadi lebih sering dia sendiri yang membersihkan,tidak boleh orang lain. Kebetulan.

Buat para pecinta rokok, apakah kampanye anti rokok mempengaruhi konsumsi rokok anda ? Buat para istri, bagaimana anda berdamai dan membuat kesepakan dengan suami yang perokok berat?

Salam Hangat & Semangat

Etty Lismiati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline