Lihat ke Halaman Asli

ANDRE ELAUSTA

Traveller and Businessman

Indahnya Masa Itu! Andai Ku Bisa Mengulangnya Kembali

Diperbarui: 19 April 2019   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://unsplash.com

Ada pepatah yang mengatakan  bahwa "anak kecil itu terlahir ke dunia tanpa noda (dosa)", tetapi ada juga paham yang berseberangan dan menyatakan bahwa "walaupun seorang anak baru lahir, dia telah memiliki dosa". Lalu pertanyaannya, Anda mengikuti paham yang mana?

Sebelum Anda menjawab, mari kita simak cerita berikut . . .

Seorang ibu sambil menggendong anaknya di suatu lampu merah di Ibukota. Terik panas tidak menghalanginya untuk bergerak dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya, sambil menengadahkan tangannya kepada mereka. Berharap ada satu dua yang berbelas kasihan dan memberikan dia apa yang diingingkannya. Tidak lain dan tidak bukan adalah UANG.

Ketika seseorang yang tidak kita kenal, mendatangi kita dan muka memelas, dan meminta bantuan. Entah bantuan makanan atau bahkan berupa uang. Apakah hati Anda tersentuh dan tergerak untuk berbagi? Survey menunjukkan bahwa hampir 90% orang tergerak untuk menyisihkan sebagian hartanya kepada Ibu (atau anak) itu. Tidak ada motif timbal balik dan alasan kecuali ingin berbagi itu sendiri. Tindakan spontan yang keluarnya dari dalam hati terdalam.

Yang menjadi unik adalah bahwa dorongan untuk berbagi karena belas kasihan tersebut malah kebanyakan dimiliki oleh anak -anak. Perhatikan saja! Dengan hati yang bersih dan murni, anak -- anak tersebut rela untuk berbagi makanan kepada teman -- temannya tanpa memandang agama, warna kulit, latar belakang, ras, suku bangsa, ataupun cap atau identitas lainnya. Malah terkadang, mereka secara tiba -- tiba berinisiatif untuk membawa bekal "lebih" dari ruah karena ingin berbagi kepada teman lainnya saat jam istirahat sekolah.

Apakah Anda menyadari hal tersebut?

Bahkan mungkin apabila Anda mengajak seorang anak untuk keluar dan membeli makanan atau minuman, mereka akan teringat kepada adiknya atau seorang sahabatnya dan ingin membelikan mereka juga. Alangkah Indah hati dari anak -- anak tersebut.

Tetapi coba kita lihat diri kita masing -- masing sekarang. . .

Kenapa semakin dewasa, rasa belas kasih itu semakin memudar. Kita, yang katanya sudah dewasa! Tidak lagi dapat memberikan contoh kepada mereka karena katanya... orang -- orang dewasa telah tumbuh menjadi manusia rasional dan semakin banyak perhitungan.

Cinta kasih kepada sesama. Hal yang Fitri itu. Mulai tercampur dengan berbagai kecurigaan dan pertimbangan -- pertimbangan duniawi. Misalnya : Jangan sembarangan memberi, pengemis itu hanyalah sekelompok orang pemalas. Atau jangan memberi kepada anak jalanan, paling -- paling uangnya nanti akan disetor!

Hmmm. Terlalu banyak judgement yang terjadi. Bahkan sebelum kita menunjukkan kasih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline