Lihat ke Halaman Asli

Penamaan KRI Usman Harun di Protes Singapura

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391735866561753170

[caption id="attachment_310703" align="aligncenter" width="536" caption="Jenazah Usman dan Harun saat tiba di Bandara Kemayoran, Jakarta / (sumber gambar: www.merdeka.com)"][/caption]

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat jasa-jasa para pahlawannya. Dan untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan, pemerintah melalui TNI-AL seringkali menamai kapal perangnya dengan nama-nama para pahlawan tersebut. Ada KRI Teuku Umar, KRI Pati Unus, KRI Ahmad Yani dll.

Hal itu pula yang dilakukan oleh pemerintah terhadap 3 unit kapal perang baru kelas multy role light fregat jenis nakhoda ragam buatan Inggris yang akan tiba pada tahun 2014 ini. Kapal pertama akan diberi nama KRI Bung Tomo, kapal kedua diberi nama KRI John Lie dan kapal perang terakhir akan dinamai KRI Usman Harun. Penamaan ketiga kapal tersebut untuk mengenang jasa Bung Tomo, John Lie dan Usman-Harun bagi bangsa Indonesia.

Namun, seringkali, pahlawan disebuah negara justru merupakan musuh di negara lain. Dan itu yang dialami oleh pemerintah Indonesia, karena pemerintah Singapura telah menyampaikan protes dan keberatannya atas penamaan KRI milik TNI-AL dengan nama Usman Harun. Pihak Singapura menganggap bahwa penamaan KRI Usman Harun tersebut akan melukai perasaan rakyat Singapura, khususnya keluarga korban dalam peristiwa pengeboman MacDonald House di Orchard Road pada tahun 1965.

Siapa itu Usman-Harun? Mengapa mereka melakukan pengeboman di Singapura?

Semua bermula saat Presiden Soekarno menyaksikan keinginan Federasi Malaysia untuk memasukkan Brunei, Sabah dan Serawak kedalam Federasi Malaysia tersebut. Hal ini ditentang keras karena tidak sesuai dengan Persetujuan Manila. Soekarno juga melihat bahwa Federasi Malaysia tersebut hanya akan menjadi ‘negara boneka’ bagi Inggris dan merupakan kolonialisme dan imperialisme bentuk baru yang akan mengancam kedaulatan Indonesia. Soekarno kemudian memproklamirkan gerakanGanyang Malaysia melalui pidato beliau yang amat bersejarah.

Itulah awal konflik hingga akhirnya 2 anggota KKO (Komando Korps Operasi, sekarang Marinir), Sersan Usman Ali dan Kopral Harun Said, menyusup masuk ke dalam wilayah Singapura dan melakukan pengeboman di MacDonald House pada 10 Maret 1965 yang menewaskan 3 orang dan melukai 33 orang lainnya. Akhirnya mereka dieksekusi mati pada tiang gantungan di Singapura pada 17 Oktober 1968. (link)

Bagi Indonesia, keduanya adalah para pahlawan bangsa yang gugur dalam tugas. Saat kedua jenazah dibawa pulang, lautan manusia menyambutnya di Bandara Kemayoran dan disepanjang jalan. Bahkan Presiden Soeharto langsung memberikan gelar pahlawan nasional pada mereka. Namun tidak bagi Singapura, karena mereka adalah penjahat yang dinyatakan bersalah atas pengeboman di Orchard Road tersebut.

Pemerintah sendiri hanya mencatat protes Singapura itu sebagai bentuk keprihatinan dan tidak berniat mengganti penamaan KRI tersebut karena Indonesia memiliki policy berbeda terkait gelar pahlawan.

Begitu juga dengan TNI-AL yang tidak menghiraukan protes dan keberatan dari pemerintah Singapura tersebut, karena TNI-AL memiliki aturan sendiri dalam memberi nama sebuah kapal termasuk penggunaan nama pahlawan dari Komando Marinir zaman Dwikora tersebut. Keduanya dianggap layak dan pantas menjadi panutan prajurit TNI-AL, karena kegigihan dan keberanian yang dimiliki, terlebih lagi keduanya berasal dari matra laut.

Kalau bukan kita yang meneladani mereka, siapa lagi?

‘Kalau kita lapar, itu biasa. Kalo kita malu, itu djuga biasa. Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang adjar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hadjar tjetjunguk Malayan itu! Pukul dan sikat, djangan sampai tanah dan udara kita diindjak-indjak oleh Malaysian keparat itu. Doakan aku, aku bakal berangkat ke medan djuang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang enggan diindjak-indjak harga dirinja... Yo.. ayoo.. kita..ganjang.. ganjang.. Malaysia.. ganjang.. Malaysia.. Bulatkan tekad, semangat kita badja, peluru kita banjak, njawa kita banjak. Bila perlu, satoe-satoe.

Soekarno! ‘

Salam

07022014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline