Susilo Bambang Yudhoyono, adalah menteri yang dipilih di era Gusdur sebagai presiden Ri ke-4 dan selanjutnya sama-sama kita ketahui dia tetap menjadi menteri di era Megawati. tentunya sampai 2003,-tidak sampai berakhirnya masa bakti sebagai menteri waktu itu, dia mengajukan pemunduran dirinya sebagai menteri, yang ketika itu partai demokrat yang dia dirikan sedang bersinar, melebih partai keadilan. mundurnya SBY dari kabinet Mega, ditambah semangatnya Taufik Kiemas meledek "SBY" manambah simpati calon pemilih waktu itu.
"SBY" seolah-olah terzolimi, ditambah semangatnya kekuatan team JK, yang membentangkan semangat merah putih, ditambah para pengiat iklan melancarkan kampanye secara bersemangat di banyak media, ditambah lagi banyak kader PDIP, yang merupakan partai pemenang pemilu 1999,- yang banyak tersandung "Korupsi" dan masuk penjara secara ramai-ramai membuat PDIP kehilangan simpati rakyat.
Selanjutnya pada 2004 SBY melangkah ke Istana Merdeka. Kita patut mencatat waktu itu salah satu anggota komisionernya adalah Anas Urbaningrum, dan untuk kali pertama pemilihan di Indonesia menggunakan contreng,-bukan coblos. Saya tidak dapat mengatakan bahwa contrenglah yang menjadikan SBY sebagai presiden RI ke-6, terbukti pada pada periode 2009-2014 SBY-Budiono berhasil mengalahkan Mega-Prabowo di putaran kedua.
Akankah Agus Harimurti Yudhoyono bersama Silvi akan mengulang sukses SBY mengalahkan Mega-Prabowo ?
Kita masih harus menunggu perkembangan 4 bulan kedepan. Meskipun demikian, beberapa pengurus yang ada dipusaran SBY tersangkut kasus hukum, menjadikan Agus bersama teamnya harus bekerja keras, membangun citra baru, bahwa dirinya tidak terkait dengan demokrat karena dirinya adalah tentara waktu itu,- dan tidak berpolitik.
Memahami gestur Agus ketika menyampaikan pidato pertamanya, ketika dia dicalonkan oleh Demokrat, PPP,PAN dan PKB, Agus menahan isak, mungkin haru, sekaligus dilema ketika ia menyadari bahwa sebagai TNI berpangkat mayor, harus maju ke posisi DKI 1 yang selama ini diduduki oleh dari TNI setingkat bintang tiga. Agus mungkin memahami betul, dirinya seperti Ismail,-anaknya nabi Ibrahim. Harus menerima permintaan dari orang tuanya untuk di korbankan. Dan cerita selanjutnya sudah sama-sama kita ketahui, dengan mukjizat, Agus eh.. nabi Ismail diselamatkan oleh kekuasaan tuhan.
Lawan Agus di DKI 1, ada Anies Baswedan berpasangan dengan Sandiago Uno, yang diusung oleh PKS bersama Gerindra. Begitu juga pasangan petahana Ahok-jarot didukung oleh PDIP, Hanura, Nasdem dan Golkar. Seandainya posisi Agus di Wakil Selvi sebagai gubernur mungkin akan berimbang dengan pasangan Sandiaga-Anies. Kini menjadi berimbang kembali, ketika Sandiaga yang dijagokan oleh Gerindra menerima dirinya cukup menjadi wagub. Posisi ini menguntungkan Agus-Selvi.
Posisi tidak menguntungkan dari Agus,- adalah dirinya seperti dalam bayang-bayang bapaknya. Bayang-bayang SBY, kini semua tahu sampai saat ini masyarakat pemilih masih alergi terhadap nepotisme,sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi di tahun 1998 basmi KKN, sebaiknya saran untuk SBY cukup dibelakang layar, sama seperti dirinya di 2003/2004.
*****
Pada Saat SBY mengajak Anas Urbaningrum masuk ke Demokrat,- sepak terjang Anas di demokrat, dan puncaknya di kongres yang berhasil dimenangkan oleh Anas Urbaningrum,-lewat kompasiana 23 Juni 2010 saya sudah mengingatkan SBY. baca : PD yang Tidak PeDe, (Konspirasi Pembusukan dari Anas Urbaningrum?)
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/etempos/pd-yang-tidak-pede-konspirasi-pembusukan-dari-anas-urbaningrum_54fffabaa333112b6c50fa27
Memahami SBY memilih putra sulungnya untuk DKI 1, tidak lepas dari kemunduran Partai demokrat yang kian tahun kian kehilangan kursinya di DPR, ini berarti masyarakat sudah mulai berpaling dari Partai Demokrat,-ditengah SBY kehilangan figur yang bisa mendongkrak eksistensi Demokrat. Tokoh-tokoh seperti Gumawan Fauzi,-yang pernah membirukan Sumbar, atau Marzuki ali justru kini tak dipilih oleh pemilih.