Lihat ke Halaman Asli

Cedocard dan Kematian yang Cepat

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cedocard digunakan untuk  nyeri dada (angina). Mengandung Isosorbide Dinitrat yang merupakan vasodilator dan bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah ke jantung, sehingga suplai darah dan oksigen ke jantung meningkat. Tablet sublingual (dihisap dibawah lidah). termasuk obat kategori C, yaitu studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embryocidal atau lainnya). Obat ini tidak berinteraksi dengan baik dengan beberapa jenis obat, para penderita jantung sebaiknya meminta saran dokter secara bijak untuk penggunaan obat ini.

Tentang kegunaan obat ini,- beberapa bulan lalu di Palembang menjadi heboh, seorang laki-laki tewas di kamar penginapan dan didapati banyak Cedocard dikantongnya, lalu diberitakan secara tidak akurat sebagai obat kuat. Inilah resiko wartawan/jurnalis yang malas mencari refrensi yang hanya mereduksi sumber dari kepolisian.

Bahwa ditemukan obat kuat "merk cedocard" sehingga sang lelaki tewas,- setelah mengkonsumsi obat kuat tersebut.  Padahal pada saat itu mungkin sang lelaki merasa berhasrat, tetapi merasakan sakit yang luar biasa di dadanya, lalu mengambil obat Cedocard untuk meredam sakitnya atau nyerinya setelah jantung bekerja cepat, denyut kencang karena berhasrat berlebihan.

Saya bukan ahli hasiat obat, tetapi pada kesempatan ini ingin mengajak para pemburu warta untuk terus menambah wawasannya, untuk tidak ragu mencari jawab di dunia maya. Karena informasi yang salah dan menyesatkan sungguh bisa melukai perasaan sang sumber. Meskipun itu fakta, ada orang mati di kamar penginapan dengan banyak obat cedocard dikantong, dikatakan burungnya loyo dan menggunakan obat cedocard terbut sebagai untuk kejantan.

Fakta bahwa ada orang mati, ada kematian yang kebetulan disakunya ada obat cedo sudah terlanjur beredar dan keluarga yang mengalami kematian mungkin sudah mulai perlahan melupakan peristiwa itu. Adakah para wartawan/jurnalis mengalami fakta yang tidak pantas untuk diberitakan secara salah ?

Mungkin kedepan kita perlu menyadari serangan jantung, untuk bikin nyawa berpisah dengan jasad tidak perlu waktu lebih dari sepuluh detik. Adakah kematian juga dibulli ?  oleh siapa ?

Malaikat pencabut nyawa ?

Ah, berhati-hatilah bagi anda yang memiliki kelain jantung dan hipertensi.

Semoga kematian yang tiba-tiba yang dialami oleh sebagian orang, dapat menjadi pelajaran bagi kita.

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline