Lihat ke Halaman Asli

IB, Pilihan dan Konsekuensinya

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Hidup adalah pilihan. Bangun pagi jam 4, jam 5, atau jam 9? Jalan kaki, bersepeda, bermotor atau bermobil? Belanja atau menabung? Bunga bank atau bagi hasil? Kuliah atau langsung kerja? Dan berbagai macam pertanyaan dalam hidup yang harus kita ambil pilihannya. Lalu, apa pilihan yang benar?

Kenyataannya, tidak ada satu pilihan yang benar. Masa depan tergantung dari pilihan-pilihan yang saya dan Anda buat saat ini, besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan atau sepuluh tahun dari sekarang. Pilihan yang kita ambil memaknai hidup kita. Begitu pula dengan memaknai pilihan produk yang akan berpengaruh di kemudian hari.

Regu Challan dari koran The Times of India memberi perumpamaan yang tepat mengenai pokok persoalan menentukan pilihan produk. Ia memberi tahu bagaimana cara baik memilih komputer, yang menurut saya berlaku juga dalam memilih bank yang cocok dengan kita. Menurutnya, memilih untuk membeli komputer adalah sama dengan memutuskan untuk menikah, menurut cara India tentunya. Anda melirik pada berbagai model, Anda bandingkan sifat atau cirinya, Anda buat daftar poin-poin yang disukai dan tidak disukai berdasarkan perasaan batin, Anda tanya teman dan keluarga tentang calon pendamping dan Anda coba bayangkan situasi yang akan terjadi beberapa tahun dari sekarang.

Ia melanjutkan dengan memperingatkan bahwa pertanyaan pertama adalah bukan bagaimana cara membeli, tetapi mengapa? Sekali lagi, sungguh sesuai dengan apakah Anda sedang mempertimbangkan jasa bank umum atau bank syariah? Apa tepatnya tujuan yang ingin Anda capai?

Dalam menentukan bank manapun sangat bijak untuk meninjau cakupan pilihan yang tersedia. Ada satu poin yang dikemukakan Regu Challan yang sangat berkesan bagi saya, yaitu mencoba membayangkan situasi yang akan terjadi beberapa tahun dari sekarang. Bagi pengusaha artinya, apakah Bank Syariah akan sanggup menangani perkembangan usaha seiring dengan perkembangan waktu? Apakah jika Bank Syariah-nya membesar, dan anda berniat tetap berusaha dalam skala kecil, apakah mereka masih tertarik dengan usaha Anda? Apakah mereka mempunyai kecakapan dalam menghadapi perkembangan usaha? Itulah sebagian pertanyaan menyangkut dunia usaha yang harus dijawab secara profesional oleh perbankan syariah.

Bagi saya yang adalah ibu dari empat orang anak, pertanyaannya lebih berhubungan dengan moral dari perbankan. Saya membayangkan konsekuensi tabungan dan investasi yang dilakukan oleh perbankan, dan menjatuhkan pilihannya pada perbankan syariah. Bukan artinya Bank Umum tidak baik, tetapi perbankan syariah lebih memberi ketenangan jiwa dan menenteramkan hati saya. Yang utamanya adalah perbankan syariah memberi acuan yang pasti bahwa mereka memperhatikan dari mana uang datang dan ke mana uang akan disalurkan. Harus halal. Hal ini penting karena uang tabungan atau investasi kita hanya akan digunakan untuk hal-hal yang baik. Membangun dengan tidak merusak moral bangsa.

Hal lainnya yang menyenangkan hati adalah dengan menabung di bank syariah kita membuka kesempatan kepada kalangan yang tadinya tidak bisa berhubungan dengan bank, tidak bisa mencicil rumah, tidak bisa berusaha, tidak bisa menggunakan jasa bank, dan lainnya karena alasan riba atau bunga bank, kini kesempatan itu terbuka lebar oleh keberadaan perbankan syariah. Potensi bangsa yang terbangun akibat adanya perbankan syariah.

Memang, ada beberapa kalangan yang mengkritisi bahwa perbankan syariah bermain dengan kata-kata dan bertele-tele dalam prosedur berbisnis. Bagi saya anggapan itu tidak tepat dan tidak benar. Tuhan memperhatikan detil yang kita perbuat. Hal-hal kecil dapat membawa berkah besar. Begitu pula, hal kecil dapat membawa malapetaka besar. Bukankah Amsterdam bisa tenggelam hanya karena lubang sebesar ibu jari pada bendungannya?

Sebagai seorang yang lahir dari keluarga keturunan Cina, dan dibesarkan dengan tradisi Khong Hu Cu yang berpesan bahwa “Apa yang bisa kamu ubah bukanlah jalan hidupmu. Angin adalah bagian dari proses. Hujan bagian dari proses …” Saya mendambakan anak-cucu saya mewarisi kompetisi sosial yang lebih baik, yang tidak menghalalkan segala cara. Saya pilih cara syariah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline