"Jangan berduka. Apapun yang hilang darimu akan kembali dalam wujud yang lain" (Jalaluddin Rumi)
Bekerja dengan semangat, mengumpulkan sedikit rejeki dari Tuhan. Semua dilakukan dengan harapan nanti saat pertemuan dengan keluarga tercinta. Dapat berbagi, saling meluapkan rindu. Tawa, senyum bahagia dan makan bersama secara sederhana.
Namun, pertemuan yang menjadi obat rindu itu. Kini harus tertahan. Bukan karena kemacetan, tidak mendapatkan tiket apalagi malas melakukan perjalanan. Karena apa saja dilakukan demi pertemuan dengan orang-orang yang dicintai. Justru semuanya harus tertahan karena kecintaan
Mudik memang menjadi obat rindu kemanusiaan, apalagi dilakukan saat momen mulia yang dirindukan. Idul Fitri.
Tentu bukan hal yang mudah untuk menahan kerinduan. Padahal setiap tahun tidak pernah absen setelah shalat Id melakukan perjalanan untuk menemui orangtua tercinta.
Namun, kerinduan memang harus tertahan. Semua dilakukan karena kecintaan, karena kerinduan tidak boleh menyakiti orang yang dicintai.
Pandemi yang sedang diatasi, terlalu jelas untuk menjadi alasan agar tidak melakukan mudik. Penyebarannya yang tidak terlihat, terutama pada kerumunan. Menjadikan mudik sangat beresiko untuk menjadikan pandemi semakin tinggi.
Karenanya memutus rantai penularan pandemi, dengan tidak mudik merupakan jihad mulia para pecinta untuk menahan rindunya.
Mungkin saat ini belum dapat mudik secara fisik, namun Tuhan telah sedikit mengobatinya dengan kehadiran teknologi. Kita masih dapat berkunjung walau hanya lewat WA, Zoom dan yang lainnya. Sedikit melepas rindu yang lama tertahan.
Jika agama menghendaki untuk menghindari kerusakan, diantara dengan tidak mudik. Maka itu juga bentuk kecintaan Tuhan.