Pada pertengahan Abad ke-20 terjadi Revolusi Industri ke-3 yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Digital yang menjadi awal mula pergantian teknologi dari mesin elektronik analog menjadi digital. Revolusi Digital menandai dimulainya zaman yang dikenal sebagai Era Informasi.
Salah satu aspek paling penting dalam kehidupan manusia adalah informasi. Manusia untuk berbagai alasan menyangkut kelangsungan hidupnya harus terlibat dalam kegiatan mengumpulkan, menyampaikan dan bertukar informasi. Proses tersebut dinamakan komunikasi.
Komunikasi secara mendasar dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal berarti menggunakan lisan atau tulisan sedangkan komunikasi non verbal menggunakan bahasa tubuh antara lain mimik dan gesture. Komunikasi digital memberi ruang bagi munculnya paradigma baru dalam berkomunikasi di luar bentuk tradisonal tersebut .
Komunikasi digital sendiri dapat diartikan sebagai komunikasi berbasis teknologi informasi dan komputer untuk bertukar informasi melalui platform digital. Konsep komunikasi digital selalu berkembang seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Revolusi digital memungkinkan terjadinya komunikasi digital dengan mengkorversi teknologi dari yang sebelumnya dalam format analog menjadi format digital. Dalam komunikasi digital, salah satu aspek yang paling signifikan adalah kemampuan untuk memindahkan informasi digital ke dalam berbagai media secara sekaligus. Pada awal tahun 2000an, ponsel atau telepon seluler mulai menjadi bagian penting dalam kehidupan dengan teknologi yang cukup maju dan tidak hanya merupakan media komunikasi namun juga instrumen yang penting dalam fenomena sosial budaya kala itu. Era informasi dan komunikasi digital mengalami fase signifikan ketika ditemukannya World Wide Web oleh Tim Berners-Lee pada tahun 1989 yang merupakan cikal bakal dari dunia online yang kita kenal saat ini.
Sejak pertama ditemukan hingga saat ini, jumlah pengguna ponsel dan internet terus meningkat. Pada tahun 1990an, jumlah pengguna ponsel sebanyak 12,5 juta orang atau 0,25% populasi dunia sedangkan pengguna internet sebanyak 2,8 juta atau 0,05% populasi dunia saat itu. Pada tahun 2000an, pengguna ponsel meningkat menjadi 1,5 miliar orang atau 19% populasi dunia sedangkan pengguna internet meningkat menjadi 631 juta orang atau 11% populasi dunia. Memasuki dekade berikutnya, penggunaan ponsel dan internet tidak lagi menjadi kemewahan bagi masyarakat di negara maju namun mulai menjadi kebutuhan primer di negara berkembang dengan pendapatan per kapita yang tergolong menengah bahkan rendah. Pada tahun 2010an, jumlah pengguna ponsel mencapai 4 miliar orang atau 68% populasi dunia dan jumlah pengguna internet mencapai 1,8 miliar atau 26,6% populasi dunia saat itu. Data terakhir dilansir dari Statista per Januari 2021 dalam infografis World Digital Population menunjukkan pada tahun 2020 jumlah pengguna ponsel mencapai 4,78 miliar atau 62% populasi dunia sedangkan pengguna internet mencapai 4,54 miliar atau 59% total populasi dunia. Jumlah pengguna telepon pintar dan internet yang semakin bertambah bahkan lebih dari setengah populasi bumi tentu berpengaruh secara signifikan dalam perkembangan komunikasi digital dalam berbagai bentuk.
Platform komunikasi digital menawarkan pola komunikasi yang beragam, dari yang berlangsung secara simultan hingga yang tidak simultan. Komunikasi digital diawali oleh telepon reguler dan pesan singkat atau SMS pada ponsel. Pada awal penemuan internet dan personal computer atau PC, blogging adalah media pertukaran informasi utama di kalangan penggunanya. Di sinilah awal mula terbentuk komunitas sosial di dunia maya. Lalu dimulai era sosial media dengan berbagai platform, Facebook, Twitter, Instagram, Whatsapp, Discord, Google Meet, Zoom dan lain sebagainya yang terus berkembang seiring perkembangan teknologi computer dan smartphone atau ponsel pintar. Saat ini, media sosial dapat dikatakan hampir menggantikan layanan panggilan dan pesan reguler pada ponsel.
Paradigma komunikasi kembali mengalami pergeseran akibat terjadinya pandemic Covid-19. Pembatasan interaksi social memaksa perubahan yang radikal dalam cara orang berkomunikasi dan dalam menjalankan kehidupannya secara umum dalam berbagai aspek. Google Classroom, Google Meet dan Zoom menjadi beberapa dari platform yang mendapatkan exposure sangat besar di masa pandemi dan akibatnya mengalami lonjakan pengguna yang sangat signifikan. Pendidikan di kelas, pekerjaan di kantor, komunikasi pribadi, semua beralih ke platform digital.
Selama masa pandemi dengan segala pembatasan sosialnya, masyarakat di berbagai penjuru dunia menjadi terbiasa pada media dan pola komunikasi baru. Kecenderungan antipati pada metode komunikasi non konvensional harus dienyahkan akibat tidak ada pilihan lain. Namun setelah menggunakan metode komunikasi digital dalam kurun waktu yang lama, komunikasi melalui teknologi dan internet bahkan menjadi preferensi sebagian orang saat ini.
Sesuatu selalu hadir dengan sisi positif dan sisi negatif pun komunikasi digital. Efisiensi waktu dan fleksibilitas menjadi keunggulan paling signifikan dari komunikasi digital. Sebaliknya efektivitas komunikasi menjadi kekurangan dari komunikasi digital, apalagi ditinjau dari aspek sosial psikologis. Tidak hanya dapat mengurangi efektivitas pertukaran informasi, komunikasi digital dapat berpotensi berbahaya bagi seseorang dan menjadikan dunia maya sebagai dunia utama dan mengeliminasi sosialisasi yang sesungguhnya dari hidupnya.
Selain itu, kehidupan sosial di dunia maya tidak memiliki batasan yang jelas terutama dalam hal privasi. Hal ini semakin menjadi perhatian para pengguna yang tidak merasa aman dengan data dirinya yang disimpan dan dikelola oleh platform penyedia layanan. Beberapa golongan tertentu misalnya orang tua atau orang-orang yang belum cukup familiar dengan lingkup teknologi digital sangat rentan menjadi korban penyalahgunaan data bahkan korban tindak kriminal melalui komunikasi digital.