Lihat ke Halaman Asli

Polusi Suara

Diperbarui: 6 Oktober 2015   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini saya biasa mengendarai mobil pribadi untuk aktifitas sehari-hari. Namun setelah pindah tempat kerja dan mulai kuliah lagi, ritme nya mulai berubah, sedikit menjadi lebih bervariasi dalam menggunakan transportasi publik seperti kereta api, taxi dan ojek. Ada beberapa hal juga yang menjadi efek perubahan variasi tsb (mungkin lebih tepatnya dari sudut pandang perempuan ya), misalnya kulit mungkin sedikit lebih gelap, rambut cepat kotor karena debu, berat badan turun (horeee!), lebih fit karena banyak jalan kaki daripada sebelumnya, dsb.

Tapi tadi malam ada satu hal yang selama ini tanpa disadari menarik perhatian saya, yaitu polusi suara. Dalam keadaan lelah setelah bekerja dan dilanjutkan dengan kuliah, di stasiun kereta api seperti biasa terdengar suara keramaian mahasiswa, latihan musik di pinggir stasiun, peluit petugas yang mengamankan massa, pengumuman yang hampir tiada henti dari toa (wait, ini sebenarnya nama merek ya? Mungkin sebaiknya diganti menjadi pengeras suara saja), suara decit kereta, dan ketika turun pun, suara keramaian lalu lintas seperti kendaraan bermotor, gas yang meraung, klakson, bunyi hentakan lempengan besi di jembatan penyebrangan yang tidak melekat dengan baik ketika diinjak orang, wow! Entah saya yang terlalu “lebay” atau memang sebenarnya kebisingan ini sudah semakin parah seiring dengan polusi udara? Entahlah, yang pasti saya masih terlalu lelah untuk mencari data fakta tsb..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline