Lihat ke Halaman Asli

The Last Lecture: Terakhir Namun Bukan yang Paling Akhir

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Randy Pausch, seorang profesor dari Carnegie Mellon, divonis menderita tumor pankreas. Awalnya tidak ganas dan bisa diatasi. Setelah beberapa tahun terakhir ia merasakan ada yang bermasalah dengan tubuhnya. Setelah memeriksakan diri, diketahui bahwa ada sepuluh tumor di pankreas profesor tersebut. Dokter mengatakan bahwa pengobatannya yang terakhir tidak berhasil dan Randy Pausch hanya memiliki waktu beberapa bulan sebelum penyakit itu menguasai tubuhnya.

Misalkan besok adalah waktu terkahir anda untuk menghembuskan nafas, apa yang akan anda lakukan? Mungkin anda berpikir untuk bersenang-senang dan melakukan segala sesuatu yang bisa membuat anda menikmati saat-saat terakhir anda di dunia. Atau mungkin anda akan menyerah dan langsung meminta keluarga atau dokter untuk melepas alat-alat penunjang kehidupan anda atau meminta (maaf) suntik mati.

Beragam bayangan mengerikan langsung terbentuk ketika kita mengetahui bahwa waktu kita di dunia hanya tinggal menghitung hari. Namun itu tidak terbayang oleh Randy Pausch. Awalnya beliau hanya ingin menghabiskan seluruh waktunya untuk keluarga, namun beliau berpikir ulang dan memutuskan untuk menyampaikan pesan terakhir dihadapan civitas akademik Carnegie Mellon.

Biasanya profesor yang diminta untuk menyampaikan pesan terakhir di universitas tersebut bukan merupakan pesan terakhir mereka, tetapi bagi Randy Pausch kesempatan tersebut benar-benar merupakan kesempatannya yang terkhit untuk menyampaikan pesan terakhir.

Betapa terkejutnya hadirin yang hadir pada acara tersebut. Pausch hadir dengan wajah segar dan tampak sehat walafiat. Sama sekali tidak tampak bahwa beliau mempunyai sepuluh tumor yang siap melakukan serangan terakhir kapanpun ia mau.

Dalam kesempatan itu Pausch tidak berkeluh kesah tentang penyakit yang diidapnya. Tidak pula tentang kesedihannya menghadapi tenggat waktunya yang semakin sedikit. Tidak juga membicarakan tentang bagaimana susahnya beliau menahan rasa sakit yang teramat sangat. Randy Pausch menyampaikan bagaimana beliau melewati hari-harinya di dunia ini. Semua yang disampaikannya merupakan hal-hal yang besangkutan dengan bersenang-senang. Juga tentang bagaiman beliau mencapai segala impian masa kecilnya. Beliau juga menceritakan bagaimana beliau melewatkan hari-hari terakhirnya untuk membahagiakan orang-orang terdekatnya. Sang istri terutama sangat tertekan atas vonis ini, namun Pausch menguatkannya dan mereka melewati hari-hari terakhir dengan melakukan berbagai hal yang menggembirakan.

Dengan wajah yang ceria beliau menyampaikan pesan terakhirnya kepada seluruh hadirin. Beliau juga menceritakan bagaimana penyakit itu perlahan-lahan menggerogoti tubuhnya, kerinduannya untuk melihat ketiga buah hatinya tumbuh dewasa yang tidak pernah bisa terwujud. Semuanya itu Pausch kemas dengan sangat menarik dan menginspirasi banyak orang untuk senantiasa melakukan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain.

Buku ini memaparkan hal-hal menakjubkan yang jarang dipikirkan seseorang yang menghadapi saat terkhir mereka. Bahasanya yang mudah dimengerti membuat pembaca mudah terhanyut dengan suasana yang digambarkan oleh penulis.

Apa yang anda lakukan jika waktu anda tinggal menghitung hari? Apakah akan terus berkeluh kesah? Membayar hutang-hutang yang ada? Atau berusaha membuat orang lain bahagia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline