Lihat ke Halaman Asli

Esti Maryanti Ipaenim

TERVERIFIKASI

Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Hikayat Katak

Diperbarui: 25 Februari 2023   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Green Frog (canva.com)

Pujangga besar Kahlil Gibran pernah mengisahkan hikayat empat ekor katak.  Keempatnya sedang berada di atas sebatang kayu yang hanyut terbawa derasnya arus sungai. Perdebatan sengit terjadi di antara katak pertama, kedua dan ketiga. Setiap katak mempertahankan pendapatnya masing-masing mengenai apa yang sedang terjadi."Ini adalah batang kayu yang paling hebat. Ia bergerak seperti benda hidup. Tidak ada kayu yang seperti ini sebelumnya." Kata Si Katak Pertama

Lalu Katak kedua berkata, "Tidak, temanku, batang kayu ini sama seperti batang kayu yang lain, dan tidak bergerak. Yang bergerak adalah sungai, yang berjalan menuju ke laut dan membawa serta kita dan batang kayu ini."

Katak ketiga tak mau kalah, berkata, "Bukan batang kayu maupun sungai yang bergerak. Yang bergerak adalah pikiran kita. Karena tanpa pikiran tidak ada yang bergerak."

Ketiganya pun mulai berdebat tentang apa yang sebenarnya bergerak. Perdebatan semakin memanas dan tak kunjung menemukan kata sepakat. Lalu mereka berpaling ke arah Katak Keempat, yang selama ini telah mendengar namun tetap diam, mereka ingin tahu pendapatnya.

Katak Keempat berkata, "Masing-masing dari kalian benar, dan tidak ada di antara kalian yang salah. Pergerakan ini adalah pergerakan batang kayu , sungai, serta pikiran kita."

Kebijaksanaan Katak Keempat membuat murka ketiga rekannya. .Alhasil, mereka mendorong Katak Keempat dari batang kayu hingga tercebur ke sungai.

Berbagai nilai bisa dipelajari dari hikayat tersebut. Salah satunya; terkadang kita bisa saja ada di posisi katak keempat itu, dan menjadi yang tercebur. Dikorbankan dalam perseteruan.

Kita tidak pernah bisa membahagiakan semua orang, yang kita bisa lakukan adalah memastikan kebahagiaan diri kita sendiri. Karena diri yang bahagia, mampu membangkitkan kebahagiaan orang lain.

Mengambil sikap akan sebuah hal serta mendeklarasikan nilai yang dianggap benar adalah sesuaitu yang manusiawi. Kadang kita memang harus mengambil sikap. Bila tidak, kita akan terus-menerus menjadi Si Katak Keempat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline