Lihat ke Halaman Asli

Esti Maryanti Ipaenim

TERVERIFIKASI

Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Mengajak Si Kecil Bicara Soal Bencana

Diperbarui: 1 Oktober 2019   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gempa bumi, tsunami, angin topan atau bahkan peperangan adalah hal-hal yang bagi kita cukup menantang untuk didiskusikan dengan anak-anak.

Anggapan tersebut dimiliki oleh banyak orang dewasa karena ketika peristiwa-peristiwa itu kita bingkai dalam pikiran kita, membayangkan seperti apa kehidupan orang-orang yang terkena bencana, lalu membayangkan bagaimana bila kita yang berada dalam situasi yang sama, kita sendiri pun akan terpapar dengan perasaan penderitaan yang mendalam.

Demikian otak bekerja, hanya dengan membayangkan saja kita bisa seolah merasakannya.

Bila dengan membayangkan saja kita bisa merasa menderita, bagaimana dengan anak-anak? Kita tentu khawatir cara kita menjelaskan dan diksi yang kita pilih mungkin saja akan membuat mereka membingkai gambaran bencana dengan versi yang akan mengganggu tumbuh kembang mereka.

Lantas bagaimana menjelaskan tentang bencana kepada anak-anak dalam cara yang melindungi dan memelihara mereka? Berikut ini adalah beberapa gagasan yang saya rangkum dari berbagai referensi.

Tenangkan Diri Anda Terlebih Dahulu

Sebagai orang dewasa kadang kita pun bisa terbawa perasaan mengenai peristiwa terkini dan mudah merasa tidak berdaya. Responnya kita akan menangis, gemetar, merasa insecure, tidak aman. Namun, jangan berlama-lama karena mungkin kita akan menularkan perasaan cemas itu kepada anak-anak.

Tenangkan diri dengan mengingat Sang Pencipta, lalu berbicaralah dengan orang dewasa lainnya tentang perasaan dan reaksi kita. Biarkan kecemasan itu mengalir dan didengarkan, dan kita pun bisa mendengarkan kecemasan mereka pula. Saling menyikapi beban emosional yang ditimbulkan oleh sebuah tragedi memiliki efek trauma healing.

Sharing atau berbagi perasaan, membantu kita memulihkan harapan dan energi yang diperlukan untuk melakukan apa yang kita bisa dalam keluarga dan komunitas untuk memperbaiki keadaan serta saling bertukar informasi mengenai cara terbaik meminimalkan resiko dampak bencana.

Jujur Pada Anak Tentang Perasaan Kita

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline