Emosi adalah bagian tak terpisahkan dari manusia. Terkadang kita bahagia, terkadang tidak. Tetapi apa yang memengaruhi keadaan emosi kita? Biologi menjawab bahwa hormon-lah penyebabnya.
Tetapi seandainya hormon sendiri bisa menjelaskan dirinya sendiri, ia mungkin akan mengatakan justru manusia sendirilah yang salah, apa yang kita konsumsi dari makanan dan bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan, itulah yang mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh.
Perdebatan intrapersonal seperti itu sepertinya tak akan pernah selesai, karena para peneliti, terapis, dan psikolog pun masih terus mengadakan penelitian untuk menjawabnya.
Tapi bagaimana bila kita melibatkan kecanggihan teknologi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut? Apakah itu mungkin? Seperti yang dilakukan dalam sebuah studi baru-baru ini dengan responden para mahasiswa.
Center for BrainHealth di Universitas Texas Dallas (UTD) bekerja sama dengan Mindcurrent, sebuah startup kesehatan yang berbasis di Portland, Oregon, pada studi 45 hari yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan baru untuk memetakan emosi manusia secara real-time.
Studi ini memang diharapkan untuk diikuti 30 hingga 50 peserta - kebanyakan adalah mahasiswa dari UTD - untuk melacak emosi mereka menggunakan aplikasi Mindcurrent. Peserta akan mengkorelasikan input mereka dengan data perilaku, biometrik, lingkungan, dan aktivitas yang diambil dari produk Apple Watch.
Mengkombinasikan AI Dengan Data Biometrik
Centre for BrainHealth adalah lembaga penelitian yang bertujuan meningkatkan, melindungi, dan memulihkan kesehatan otak sepanjang umur seseorang.
Aplikasi Mindcurrent melacak emosi yang dilaporkan sendiri oleh pengguna melalui smartphone atau jam tangan pintar untuk membuat aliran data yang dienkripsi.
Kecerdasan buatan Mindcurrent menggunakan informasi ini untuk analisis data dan memberikan rekomendasi yang dapat meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan pengguna.