The Strange Library merupakan novel yang dirilis di Jepang pada tahun 2008. Buku ini sudah beberapa kali cetak di banyak negara dan yang saya baca adalah edisi bahasa Inggrisnya yang dicetak tahun 2014, dengan cover berwarna merah muda, warna kesukaan saya,dan menurut saya cover edisi ini sangat unik karena menyajikan design kartu perpustakaan yang bisa dilepas tersendiri. Bukunya hanya terdiri dari 88 halaman. Dan karena diselang-selingi dengan ilustrasi gambar, jadi ceritanya memang lumayan pendek. Menurut saya membaca buku ini berasa membaca cerpen, padahal ini adalah buku ini dikategorikan sebuah novel.
Isi Cerita (Spoiler)
The Strange Library bercerita tentang seorang anak lelaki yang kita sebut saja narator, karena memang buku ini menggunakan sudut pandang si anak lelaki tersebut dan sampai akhir buku tidak disebutkan siapa namanya. Narator mengalami sebuah peristiwa aneh yang sangat tiba-tiba. Peristiwa itu bermula dari rasa penasarannya mengenai sistem pajak pada zaman kekaisaran Ottoman. Terngingang-ngianglah ia dengan pesan dari ibunya, bahwa jika ia ingin mengetahui sesuatu, atau apapun, ia dapat mencarinya di perpustakaan. Maka pergilah ia ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku tentang kekaisaran Ottoman. Tanpa disangka-sangka, ia terperangkap dalam sebuah ruang baca khusus di perpustakaan tersebut dan tidak bisa keluar.
Oleh seorang lelaki tua yang misterius, narator dipaksa untuk menghafal tiga buah buku besar mengenai sistem pajak kekaisaran Ottoman dalam waktu satu bulan, barulah ia bisa keluar. Namun bila ia tidak bisa melakukkannya, si lelaki tua mengancam akan memakan otaknya. Belakangan narator mengetahui bahwa hafal ataupun tidak, nasibnya tidak akan berujung bahagia. Lelaki tua tersebut tetap akan memakan otaknya.
Di dalam penjara, narator bertemu dengan lelaki berwujud domba yang baik hati dan gadis yang berbicara dengan tangannya. Yang menarik adalah sang narator dan gadis tersebut seolah berada dalam dimensi yang berbeda, sehingga entah bagaimana tidak pernah bertemu. Sambil mencoba untuk terus tegar, narator selalu teringat dengan ibu dan rumahnya yang nyaman, serta hewan peliharaannya. Detil-detil mengenai kerinduan sang narator terhadap ibunya ini sangat terasa.
Keunggulan
Untuk novel berbahasa Inggris kosakata yang digunakan dalam buku ini cukup mudah dipahami, tidak bertele-tele, sehingga bukunya bisa saya tamatkan dengan cepat. Disamping itu jumlah halamannya memang tidak banyak. Membaca The Strange Library juga membawa sensasi aneh yang baru. Penuh fantasi menyeramkan dan mendebarkan dalam porsi yang menurut saya pas, terutama ketika cerita mencapai bagian akhir, ada sensasi kesedihan sang narator yang ikut memainkan perasaan pembaca.
Kritik
Saya sebenarnya tidak menemukan kekurangan di cerita ini. Murakami deliver his messages with his very own style, which is great. Yang menurut saya agak menggangu adalah karena Murakami mengkondisikan setting cerita di perpustakaan ini sebagai tempat yang menyeramkan, tidak bersahabat untuk anak-anak. I actually do not like this idea. Padahal buku ini digadang sebagai sebuah novel anak-anak. Menurut saya meskipun unsur ilustrasi gambar yang ada sangat kuat unsur khayalannya, tapi tidak cocok untuk dibaca anak-anak, apalagi dengan ending yang begitu sedih.
Analisis Pesan /Nilai yang terkandung
Saya mendapatkan kesan bahwa kejadian buruk dan menyeramkan yang dialami oleh si narator dalam buku ini adalah kesedihan dan rasa kehilangan ibunya yang luar biasa yang terbawa sampai ke alam bawah sadarnya. Dan karena sang ibu selalu mengingatkannya untuk mencari tahu segala sesuatunya di dalam buku. Maka buku menjadi begitu penting untuk menghapus kerinduan-kerinduannya pada ibunya. Dalam buku ini, Murakami sepertinya sedang memberikan tribute kepada dua hal yang menurutnya menjadi sumber dari kehidupan seorang anak manusia, yaitu buku dan ibu. That's very powerful messages.