Lihat ke Halaman Asli

Fenomena "Berbagi Kebahagiaan" di Media Sosial Menjelang Lebaran

Diperbarui: 12 Juli 2015   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

repost fb:

Mau curhat dikit boleh ya? Judulnya curcol tengah malem :-)

Jadi ceritanya..saya ga bisa tidur. Efek kebanyakan tidur tadi siang. Ya begini ini penyakit saya. Tidur siang cuma bentar aja,dijamin malemnya bakalan begadang. Apalagi tadi saya tidur siang super lama. Dari jam 1 ampe jam setengah 5. Wow banget ya.. hasilnya ya bisa dilihat, saya masih melek jam segini. Okee..lupakan soal saya ga bisa tidur. Saya cuma mau cerita dikit, ngeluarin apa yang ada di otak. Yang ga suka silahkan minggir. Yang tersinggung silahkan menyingkir :-)

Berawal dari aplodan salah seorang temen di frenlis salah satu medsos berupa struk transferan sekian juta dengan tag THR, saya jadi tergelitik untuk menulis ini. Fenomena kaya gini sebenarnya banyak, baik yang jelas-jelas aplod gambar, sampe yang sekedar show off lewat curhatan. "abis belanja sekian sekian ni" atau "aku habis sekian juta buat beli ini, boros ngga si bun?", atau "alhamdulillah,makasih THr nya ya sayang" dibarengi dengan aplodan uang tunai atau struk atm.

Saya si posting aja.. Mungkin yang bersangkutan hanya ingin berbagi kebahagiaan saja. Tapi, pernah kepikiran ga si ketika aplod hal-hal seperti itu?mungkin di FL yang bersangkutan ada orang-orang yang untuk makan saja susah?ada orang-orang yang ekonominya tak sebaik si pengaplod? Ada ibu yang bahkan bersedih karena tak mampu memberikan kehidupan yang layak untuk putra/putrinya?Aplodan, curhatan, atau apapun yang mungkin ingin "berbagi kebahagiaan", bisa jadi membuat sedih sebagian orang. Pernah terfikir ngga?aplodan seperti itu bisa jadi menjadikan mereka yang kurang beruntung akan mempertanyakan kenapa hidupnya tak sebaik itu. Lalu, setan akan ngomporin, lama-lama dia menghujat Tuhan atas hidupnya? Kita mungkin ga akan berdosa, tapi secara ga langsung, kitalah yang jadi penyebab kufurnya seseorang akan nikmat Tuhannya. Bukan..bukan karena iri saya menulis ini. Karena hidup saya sendiri berkecukupan (menurut saya) meski tak berlebihan. Allah swt memberi saya nikmat begitu banyak meski bukan materi.

Benar, kita tak bisa mengontrol pikiran orang, kita juga tidak boleh berburuk sangka terhadap orang dan apa yang dia lakukan. Semua balik ke sudut pandang masing-masing. Saya hanya mendengarkan sekeliling saya. Betapa banyak sekali yang bercerita perasaannya ketika ada aplodan/cerita berbagi bahagia seperti itu.

Mungkin yang merasa kekurangan harus lebih berlapang dada, dan yang berlebihan harus lebih berempati :-) semoga yang berlebih tak melupakan zakat dan sedekahnya :-)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline